Mohon tunggu...
Anik Silfiah
Anik Silfiah Mohon Tunggu... Guru - Guru

.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Model TIRTA dalam Coaching

15 Oktober 2022   21:52 Diperbarui: 15 Oktober 2022   22:02 1972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Penerapan Model TIRTA dalam Coaching

Oleh : Anik Silfiah

Guru SDN Pepelegi 2

Dalam dunia mendidik murid tentunya banyak dijumpai banyak kasus dan tantangan yang terkait dengan potensi murid. Setiap murid mempunyai potensi yang berbeda-beda. Ada yang nampak potensi murid itu dengan jelas, ada pula yang masih belum sepenuhnya nampak, dan ada pula yang belum sama terlihat sekali. 

Sebagai guru tentunya perlu mengidentifikasi potensi murid dan melakukan tindaklanjut bagaimana potensi itu dapat dikembangkan dengan pembinaan yang intensif agar tantangan dapat diatasi. Kasus dan tantangan tersebut seringkali menjadi penghambat kemajuan murid dalam mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan seutuhnya di sekolah. 

Oleh karena itu perlu respon cepat dari  guru. Potensi murid yang dapat dikembangkan oleh guru akan menjadi nilai perubahan bagi murid dengan perubahan yang positif. Wadah, sarana, dan prasarana menjadi aset yang dapat menuangkan potensi murid. Melalui wadah kegiatan pengembangan diri maka murid dapat mengeksplore potensinya dan menuangkan dalam pertunjukkan atau kegiatan unjuk bakat lainnya dengan menyingkirkan hambatan dan tantangan yang ada.

Menjalin komunikasi yang efektif merupakan sarana untuk membangun hubungan antara guru dan murid dalam mengidentifikasi potensi murid. Komunikasi ini dapat berupa coaching. 

Komunikasi disini adalah sebuah komunikasi yang memberdayakan yang merupakan salah satu ketrampilan dasar coaching dengan model TIRTA yaitu model coaching yang dapat membantu peran coach (guru)  kepada coachee (murid) dalam membuat alur percakapan menjadi lebih efektif dan bermakna. 

TIRTA dikembangkan dari satu model umum coaching yang dikenal sangat luas dan telah banyak diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. 

Pada tahapan 1) Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini, 2) Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee, 3) Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi. 4) Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankan. 

Model TIRTA ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat melakukan pendampingan kepada murid melalui pendekatan coaching di komunitas sekolah dengan lebih mudah dan mengalir.

TIRTA kepanjangan dari Tujuan, Identifikasi, rencana aksi dan tanggungjawab. Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya, sebagai guru memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan.

Dalam hal ini ada beberapa cara yang dapat dilakukan coach dalam membantu coachee mengenali situasi (permasalahan atau tantangan) yang dihadapi coachee adalah menjalin komunikasi positif dengan coachee, memberikan pertanyaan apa yang dirasakan oleh coachee, dan mengarahkan tujuan coaching sesuai dengan situasi coachee. Dengan demikian identifikasi hambatan bisa digali lebih tepat.

Sedangkan cara coach memberi respons terhadap situasi yang dihadapi coachee adalah :

a. memberikan pertanyaan untuk mengidentifikasi situasi yang dihadapi coachee.

b. memberi pertanyaan mengapa situasi itu bisa terjadi

c. memberi apa penyebab situasi itu terjadi

d.memberi pertanyaan apa yang sudah dilakukan coachee dalam menghadapi situasi tersebut.

e. memberi pertanyaan siapa yang bisa membantu keluar dari situasi yang dihadapi.

f. apa proiritas utama yang harus dilakukan coachee.

Sebagai salah satu contoh jika ada coachee (murid) yang mengalami hambatan dalam pengembangan diri mengembangkan potensinya, maka coach (guru) dapat melakukan coaching dengan menerapkan model TIRTA yaitu :

Tujuan, yaitu membuat daftar pertanyaan apa yang ingin guru hasilkan dari pertemuan kali ini, fokus tujuan guru adalah pada hal apa, dan apa agenda yang didiskusikan.

Identifikasi, yaitu dengan membuat pertanyaan hal apa yang paling penting dalam hidup murid, apa hambatan yang dirasakan murid, apa saja solusi yang dipikirkan murid, dari solusi itu apa sudah dipertimbangkan oleh murid, dan apa usaha yang dilakukan murid dalam menyingkirkan hambatan tersebut..

Rencana aksi, yaitu dengan membuat daftar pertanyaan apa yang murid siapkan untuk mencapai tujuan, strategi apa yang dilakukan untuk mencapau tujuan, ukuran suskses dari dari rencana yang dibuat siswa adalah, dan bagaimana antisipasi dalam mengatasi hambatan yang dialami murid.

Tanggungjawab yaitu membuat daftar pertanyaan komitmen apa yang dibuat untuk menjalankan rencana murid , siapa saja yang terlibat dalam membantu dan menjalankan komitmen, dan kapan menjalankan tindak lanjut, dan kesimpulan yang dapat kita dapatkan dari pertemuan ini adalah.

 Jadi pada kegiatan coaching ini guru tidak ukut dalam memberikan solusi, tetapi guru menggiring siswa untuk menentukan solusinya sendiri sehingga tanggung jawab siswa dalam mengatasi hambatan dan tantangan dapat dilakaukan secara mandiri dan bertanggungjawab dari hasil coaching dengan guru. Dari gambaran peryataan diatas dapat diambil prinsip coaching adalah :

1. Kolaborasi : coach memberikan pertanyaan yang menggali coachee untuk menemukan permasalahan dan menyadarkan tanpa mengajari, kesadaran muncul dari coachee sendiri.

2. berorientasi pada hasil

3. memberikan pilihan

4. membuka potensi lebih optimal.

Sebagai guru tetap berusaha ada perbaikan dalam rangka melaksanakan coaching. Seperti pengertian di atas bahwa coaching itu untuk membantu siswa melejitkan potensi yang dimiliki dengan dengan cara mengungkap kelebihan diri coachee, apa yang hendak dikembangkan, apa hambatannya, bagaimana solusinya dalam mengatasi hambatan, dan seterusnya hingga coachee menemukan solusinya sendiri. 

Dengan demikian coach dan coachee dapat terjalin kumunikasi yang memberdayakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun