Riang beliau menemani saya, duduk tepat di samping jok. Saya pikir akan diajak mampir ke rumahnya, ternyata diajak belok makan siang. Yup, Seblak komplit pedas bikin saya ngiler, pilihan jatuh pada kuliner yang bikin Bu Enik merah pipi.
"Hyuh, pedesnyaa, itu isinya apa saja?" komentar Bu Enik saat mencicipi seblak yang terhidang di meja saya, ternyata beliau baru sekali ini makan seblak.
"Seblak nikmat kalau pedas, isinya ya aneka kerupuk mentah yang diberi kuah."Â
Beberapa potong dari kerupuk dicicipi, kepedasan. Bu Enik sendiri pesan nasi, ceplok, tahu, tempe, sambal dan sayur lodeh rebung.
"Ini cocok buat saya," cetusnai makan siang kami meluncur ke rumah Bu Enik. Celotehnya mengomentari keberanian saya datang tak henti. Saya cuma tertawa sambil sesekali menjawab.
"Berkah nulis, mobil ini dari menulis. Alhamdulillah," seperti itulah jawaban saya jika ditanya soal mobil. Next saya ceritakan.
Sampai di rumah Bu Enik, sambutan ala orang baru pulang haji memampang. Meja dengan aneka hidangan termasuk kurma. Perbincangan memunculkan nama Siti Nazarotin atau mbak Nazar.
"Njenengan Jak mriki. Beliau Kepala Sekolah hebat Lo sekarang," tutur Bu EnikÂ
Tak perlu lama, pukul 2 siang beliau muncul. Wajahnya, senyumnya menyapa. Langsung kupeluk cium. Sekangen ini ternyata. Mengalirlah obrolan, tetap saja yang dibahas saya bawa mobil sendirian.
Di tengah perbincangan seru saya ijin nunut sholat duhur. Kantuk menyerang, saya ingin tidur maka saya ambil bantal. Tiduran di atas karpet malah tak bisa tidur, saya ajak Mbak Nazar merasakan bantal ternyata dia suka, maka ide memberi muncul.
 Ada 3 bantal Harvestway di mobil, milik kawan JatimSatuNews sebetulnya yang dititipkan akan tetapi bisa saya berikan, akan saya mintakan pada pemilik produk nanti diganti. Foto - foto jeprat jepret saya lakukan, Bu Enik saya beri begitupun dengan Mbak Nazar. Pikir saya ini Kompasianer pasti lah mau bila cuma sekedar diminta menulis sebagai ganti bantal.Â