Menjadi seorang pekerja migran bukanlah impian seseorang, sebuah pilihan terbaik diantara banyak pilihan buruk yang terpaksa dipilih warga negara wanita Indonesia sebagai jalan pintas keluar dari masalah.
Setidaknya itulah yang dialami Tenaga Kerja Wanita Indonesia atau sekarang dikenal dengan sebutan PMI, Pekerja Migran Indonesia atau BMI, Buruh Migran Indonesia di negeri seribu satu malam, Irak. Hepi Susana dengan beberapa kawannya.
Menurutnya, sebagai Buruh Migran dia mendapat perlakuan tidak manusiawi terkait jam kerja.
"Saya kerja dari pagi sampai jam 11 malam. Kalau ada tamu malah sampai jam 1 malam.  Jam 2 baru boleh tidur. Hanya  3,5 jam dan tidak ada jeda untuk  makan. Sehari cuma dikasih makan satu kali, tanpa lauk. Kalau lapar ketika disuruh belanja ke luar, saya beli dengan uang sendiri," tutur Hepi pilu sambil menyebut bilangan gaji yang hampir 4 juta tapi peralatan seperti sabun mandi dia harus beli sendiri.
Belum lagi ketersiksaan lain yang dialami semisal tangan yang melepuh, kaki bengkak atau sakit lain tapi tetap disuruh kerja. Kondisi yang membuatnya memberanikan diri lapor ke KBR akan tetapi tidak mendapat penyelesaian yang diharapkan.
Alasan tidak ada cukup bukti fisik yang menguatkan. Misal visum atau surat dokter.
"Bagaimana saya bisa ke dokter kalau kondisi sakit masih tetap disuruh kerja? Saya bingung. Bukti apa yang dimaksud? Misal saya ditampar, siapa yang ambil gambar? Kan saya tidak pegang hape. Apa harus mati dulu sehingga mayat itu bisa dijadikan bukti? Itupun bisa saja majikan berkelit kecelakaan kerja," papar Hepi sedih.
Ada saran dari orang yang menyebut dari KBRI itu sebetulnya, yakni pindah agen. Namun hepi bergeming. Kalau pindah agen berarti hitungan kerjanya nol lagi. Tidak akan segera selesai masa kontrak yang harusnya 2 tahun. Dia sendiri sekarang sudah hampir 1 tahun. Dengan keinginan pulang yang tak tertahan.
Pada agen dia utarakan niat pulang, akan tetapi menjadi sebuah persoalan baru ketika diminta menyediakan 85 juta. Jumlah yang tidak sedikit bagi Hepi. Hutangpun kesulitan nyaur misal ada yang menghutangi.
Pada majikan lelaki yang dia panggil mister diberi jalan keluar, bersedia menguruskan kepulangan asal menyediakan uang 45 juta. Lagi-lagi jumlah yang besar menurut Hepi.
Sebetulnya agen ada yang bersedia menghutangi, akan tetapi dia harus kerja lagi jadi tkw seusai kembali ke Indonesia. Untuk melunasi hutang yang disandang.