"Aku tidak bisa berpijak di sebuah tempat, apalagi mengurus rumah, menjadi istri."
"Aku tidak mencari pengurus rumah."
"Aku tak pandai memasak."
"Aku tak mencari koki."
"Aku sudah tua."
"Apa bedanya, kelakpun aku menua. Bersamamu."
Percakapan antara Mbak Day dan Shadeeq. Bujang itu membantah seluruh argumentasi penolakan mbak Day. Membuat aliran sungai di Dam Licin bersorak, makin deras menepuki kekalahan mbak Day berkata-kata.
Hening, Shadeeq membuat mulutnya terkatup. Kesendirian itu nikmat memang, akan tetapi ditemani begini, siapa yang tak suka?
Malu usia terlupakan. Shadeeq membuatnya kembali seperti perawan. Ikan-ikan di ceruk sungai berlompatan, menertawakan sipu malu yang muncul dari rona mbak Day. Sesuatu yang lama tak ia rasakan.
Baiklah, mungkin saja ini cinta. Tapi menikah? Dengan bujang? Mbak Day takut bermasalah.
"Ada aku di sisimu. Kita hadapi semuanya. Hanya satu yang kuminta darimu mbak."