Tidak ada yang lebih lucu dalam sebuah pernikahan selain ketimpangan usia, terutama pada perempuan yang menikahi lelaki jauh di bawah usia. Ini yang dirasa Mbak Day, perempuan setengah abad yang sedang ditembak bujang berusia 30 an.Jangankan dengan yang lebih muda dengan yang setara atau lebih tua sedikit saja dia enggan apalagi dengan bujang usia di bawahnya. Bagi Mbak Day menikah adalah masalah. Ini yang tertancap di otak jurnalis perempuan itu.
Sebagai janda, dia telah menikmati kesendirian. Sunyi adalah kawan, terbiasa. Tak  butuh lagi belaian. Senyum orang-orang yang bahagia karena liputannya lebih menantang ketimbang memikirkan lagi bermesraan. Apalagi dengan lelaki baru yang menurut mbak Day hanya akan menimbulkan masalah saja.
Beberapa orang pernah dekat, ada yang sangat dekat malah. Tetapi begitu pernikahan ditawarkan, spontan Mbak Day menolak. Duda beranak hingga lelaki yang sudah punya istri. Bahkan bujang senior wartawan tempatnya bekerja tak dimaui juga.
Satu alasan yang membuat mbak Day tidak mau menikah lagi. Tak mau lagi mengabdi.
Sudah lebih puluhan tahun hidupnya diserahkan pada satu-satunya lelaki, hingga dia pulang ke haribaan. Berkutat dengan rutinitas laiknya seorang istri. Mengurus rumah saja dan melayani suami. Dari pagi hingga ketemu pagi. Tidak ada sedikitpun waktu luang untuk dirinya bersenang-senang. Fokus hanya menyenangkan suami, mertua dan anak.
Meninggalnya suami, menjadi momen mbak Day menemukan dirinya sendiri. Anak-anaknya di asrama semua. Dia hidup sebatang kara.
Susah hidup sendiri mulanya, akan tetapi hobi lama yang kembali ditekuni bisa menjadi penopang. Jarinya bisa menghasilkan uang. Mbak Day kini jadi penulis novel online juga wartawan koran setelah melewati perjuangan berat. Berkat kawan lama yang menghubungkan kembali dengan dunia menulis.
Mbak Day menikmati betul profesi barunya itu. Slot sebagai wartawan khusus reportase wisata membuat hobi  jalan-jalan benar-benar tersalurkan. Bekerja sekaligus masuk ke tempat-tempat wisata gratisan, dengan layanan pula. Siapa yang tak mau? Cuma berbekal kartu pers wartawan.
Dunia ini begitu indah, ingin seluruh penjuru dijelajah.
"Kau tahu pekerjaanku kan?"
"Ya, kenapa?"