Bayangan saya, akan datang kurir COD atau diantar orang lain. Bukan beliau yang sudah lanjut usia.
"Saya antar pelan-pelan bu. 4 jam tadi. Kalau capek berhenti. Yang penting sampai. Kalau saya pakai jasa pengiriman gak nutut, jatuhnya nanti mahal. Karena kayu, bebannya berat. Saya kirim saja supaya masih ada sisa dari uang bensin."
Menitik air mata ini. Perjuangan yang membuat saya tertahan akan berkata-kata. Apalagi saat mendengarnya cerita kondisi yang kini dialami.
"Yang penting halal. Apapun kerja saya lakukan. Untuk produk ini laba saya per meja 5000," jelas Pak Zainuri yang ketika tidak ada order juga bersedia menjualkan telur dagangan tetangga.
Mempersilahkannya masuk, memberi sedikit pengganjal perut. Membuat dokumentasi atas kedatanganya ke rumah . Inspirasi semangat berjuang yang harus ditularkan.
Coba tengok wawancara saya, tak ada satu nada putus asa. Dia jalani kehidupan dengan pasrah dan usaha tanpa keluh yang membuat usahanya seolah runtuh.
"Sejuta Kebaikan untuk pedagang kecil"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H