Â
Anda merasa terserang Covid lalu Isoman? Segera periksa, pastikan ada apa dalam tubuh anda. Jangan takut diapa-apakan, apalagi sampai takut diculik karantina segala.
Hubungi satgas kalau anda takut periksa sendiri. Mereka akan mengantar jemput anda periksa ke dokter di Puskesmas, tentu dengan protokol kesehatan ketat.
Kalau ringan akan diminta isoman, kalau berat tentu akan dirujuk ke RS yang ditunjuk. Parno? Jangan juga. Adik ipar saya waktu sakit batuk tak henti hingga napas tersengal berobat ke RS terdekat. Rawat inap, swab positif langgsung dirujuk ke RSUD Bangil yang khusus melayani pasien Covid.
Ditaruh khusus di ruang kaca yang istrinya, adik saya bisa melihat dan mengawasi. Juga bisa bantu merawat dengan protokol kesehatan. Rumor bahwa pasien Covid ditelantarkan hingga disuntik mati tidak terbukti dalam hal ini.
Kalau tidak parah pasien akan diminta isoman, isolasi mandiri. Seperti yang dialami tetangga saya di Pujon Malang. Mas Agung, demikian saya biasa memanggil.Â
Dikirimi obat aparat rutin mendapat obat. Diantar sendiri ke rumahnya oleh nakes dan TNI/Polri.
Yang saya alami beda, akibat takut divonis covid dengan bayangan karantina saya lockdown sendiri penghuni rumah begitu si sulung menyampaikan gejala covid. Lidah tak berasa, hidung tak berbau, badan demam tinggi, ditambah batuk pula.
Kejadiannya kira-kira tanggal 17 Juli lalu. Sulung jagoan saya yang tiap hari pulang pergi menempuh 30 an km dari Boarding School tempatnya bekerja, sakit dengan Indikasi merujuk covid.
Seketika tindakan saya ambil, takut kontak saya minta dia langsung isoman, Isolasi mandiri. Obat-obatan seperti penurun panas dan obat batuk saya berikan. Asupan prebiotik, madu, aneka health food dikirim atasannya.
Juga obat China Lian Hua yang dikirim saudara Kompasianer  terduga Covid Koko Rudy Gunawan, tak lupa saya sediakan. Memintanya minum sesuai anjuran. Ada jeda waktu dengan obat kimia selama 2 Jam.