"Mbak aku ikut."
Menjadi Inspirasi baginya menulis beragam kisah dan karakter saat kami berkecimpung di sebuah desa, atau daerah yang saya tulis. Juga melampiaskan kesukaan mengunjungi tempat di luar rumah secara positif.
Andai tidak ada aturan boleh double job, Â mungkin sampai sekarang saya masih menjadi guru TK. Mengajar taman Pendidikan Al quran menjadi pilihan lain saya untuk selalu dekat dengan dunia anak-anak hingga sekarang. Pagi mengajar SMP swasta di tempat tak jauh dari rumah, Â sore mengajar baca Alquran anak-anak tetangga.
Jalan-jalan bila sedang tak mengajar, Â sampai nginep saya lakukan. Efisiensi waktu, tenaga juga untuk merasakan aura tempat saya menulis. Efeknya, Â bukan hanya untuk menulis saya bertandang. Ide memecahkan masalah atas kesulitan sebuah tempat sasaran seringkali diterima pemangku jabatan, juga masyarakat setempat.
Sejak itu, Â profesi saya bertambah lagi. Disematkan orang-orang itu. Pegiat wisata desa, Â relawan umkm, Â juga relawan lingkungan hidup. Saya dengar langsung ketika mengenalkan saya dalam sebuah acara. Tak masalah, apa waelah yang penting saya tetap bisa berkiprah. Yang pasti ujungnya ya menulis. Semua yang saya lakukan abadi dalam tulisan.
Penghasilan tidak besar tapi menyenangkan, membuat saya selalu bahagia. Berbeda dengan Mbak Novie, pundi-pundi uangnya bertambah dari kesukaan menulis novel, yang dia tayangkan di aplikasi novel online.
Belum lama menyentuh angka jutaan, baru terjadi lepas suaminya berpulang Januari lalu. Masa Iddah membuatnya terus menulis. Fokus, konsentrasi agar bisa menghidupi 2 yatimnya kini. Berbuah indah, keyakinannya bahwa menulis bisa menjadi sandaran penghasilan dikabulkan Tuhan.
Akhir Juni komisi yang berhak dia terima atas tayangan novelnya mencapai hampir 11 juta rupiah. Sesuatu yang selalu dia panjatkan dalam doa-doanya.
" Mbak Kalau tembus 10 juta, yang 2 jutaan buat beli kambing kurban ya. Titip disembelihkan, diberikan orang-orang miskin di Dam Licin."