Ancaman itu bahkan bisa berupa rongrongan ideologi. Ada beberapa ajaran yang mengujarkan kebencian pada merah putih, pada pancasila juga pada simbol-simbol negeri ini. Hingga tak sadar pikiran terbawa, hati ikut membenarkan perkataan mereka lalu ikut arus memusuhi saudara. Padahal telah lama kita hidup di bumi dan matahari yang sama.
Tengoklah beberapa aksi, damai diusung pada awalnya menjadi kesetanaan di penghujung acara. Miris, kerusakan, anarkhi, persekusi di mana-mana. Buah dari membabi buta merasa paling benar.
Ini seperti dikatakan Camat Kraton, Ridwan Haris  yang hadir saat upacara, "Dengan peringatan hari santri harapannya mampu menumbuhkan kewaspadaan terhadap ideologi yang tidak sesuai. Bertentangan dengan pancasila, merongrong NKRI, menyalahgunakan fungsi agama yang rahmatan lil alamin dengan dakwah menggunakan kekerasan. Itu yang tidak kita inginkan."
Ada pesan damai di sana. Rahmatan lil alamin. Berlaku untuk seluruh umat manusia. Santri, baik yang tinggal di pesantren maupun yang nyantri, dalam arti sebagai pencari ilmu digadang-gadang mampu membawa semangat jihad itu. Menjaga NKRI sampai mati.