Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah "Korban" Pandemi Sidogiri Asal Slambrit, Bangkit dengan Tusuk Sate

26 September 2020   06:01 Diperbarui: 26 September 2020   07:06 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Sholeh dan tusuk satenya (dok. pri)

Kawannya itu bersedia memasarkan tusuk satenya kalau pak Sholeh mau membuat. Tanpa banyak tanya Pak Sholeh memulai aksi. Dia belajar membuat tusuk sate dipandu temannya itu. Dari mulai memilih dan membeli bambu untuk dijadikan bahan hingga cara membuat sampai layak disebut tusuk sate.

Mesin bubut pembuat tusuk sate berhasil dia beli setelah berusaha keras mendapatkan. Dari pinjaman dan sumbangan saudara, harganya sebesar 1,7 juta rupiah. Sangat mahal untuk ukurannya. Namun, dibeli juga demi bisa mempunyai penghasilan lagi.

Upayanya membuahkan hasil. Tusuk satenya bisa menghasilkan uang. Tiap minggu temannya itu datang mengambil karya pak Sholeh. Dia  juga bisa menjual ke pasar atau ke pemilik warung-warung sate.

Meski keuntungan tidak banyak Pak Sholeh bahagia. Ada pemasukan untuk kelangsungan dapur istrinya dan 2 anaknya yang masih bersekolah.

Hingga kini Pak Sholeh tetap menjalankan usahanya menjadi seorang pembuat tusuk sate. Dalam kesederhananaan dia ingin pula sebetulnya mengembangkan usaha.

Maka ketika ada tawaran untuk dibina oleh disperindag Kabupaten Pasuruan melalui Satria Emas, Pusat Strategi dan Layanan Ekonomi Masyarakat, program unggulan pemerintah daerah setempat untuk mendukung geliat UMKM, Pak Sholeh berbinar.

Dia ingin betul mendapatkan bimbingan. Agar usahanya tak jalan di tempat. Bahkan mungkin bisa menjadi seorang pengusaha. Meski hanya tusuk sate produknya. Yang ketika saya tanya akan dinamai apa dia jawab spontan "Ajib". Tusuk Sate Pak Sholeh "Ajib".

Bravo Pak Sholeh, semangat adalah modal kuat, yang lain hanya pengiring untuk menjadi pengusaha sukses. Ilmu menjalankan usaha bisa dipelajari, bimbingan pendampingan bisa didapatkan tetapi semangat, itu hanya ada dari dalam diri, tidak bisa dibeli, tak ada tokonya.

Maka saya tulis kisah ini agar menginspirasi banyak orang untuk bangkit berdiri. Boleh tumbang karena pandemi tapi segera upayakan usaha pengganti agar dapur tetap mengepul.

Lawan efek corona yang memurukkan ekonomi dengan semangat. Jalan akan didapat jika semangat pantang menyerah selalu ada, dijaga tetap berkobar menyala di dalam dada. Seperti yang Pak Sholeh lakukan. Dia adalah inspirasi pantang menyerah pada masa pandemi ini.

Anis Hidayatie, Untuk Kompasiana. Ngroto, 26/9/2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun