Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Mengenal Sulam Bayang yang Pernah Berjaya Saat SBY

4 September 2020   19:39 Diperbarui: 4 September 2020   19:42 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halus, tampak luar | dokpri

Awal pengerjaan teknik bayang, tidak tampak luar | dokpri
Awal pengerjaan teknik bayang, tidak tampak luar | dokpri

Andalan untuk saat ini yaitu Sulam dengan teknik bayang, mengerjakan dari belakang bahan tetapi hasilnya yang akan di tampilkam adalah sebaliknya. Nampak pada muka bukan yang dimulai pengerjaan.

Halus, tampak luar | dokpri
Halus, tampak luar | dokpri
Sulam dengan teknik bayang ini terasa halus di tangan untuk hasil akhir tampak muka, lalu kasar di bagian belakang. Yang terlihat betul benang sulamnya.

Sulam dengan teknik timbul | dokpri
Sulam dengan teknik timbul | dokpri
Untuk teknik lain ada juga peminatnya. Yang timbul di muka. Terlihat pengerjaan tampak di bahan bagian depan. Ini terkadang juga diaplikasikan dengan bahan lain.

Bervariasi harganya. Untuk hijab, dengan sulam paling mudah dan kain jenis paris termurah dia patok harga 35.0000. Sedangkan untuk baju terusan dengan kain biasa dan sulam tidak terlalu banyak paling rendah harganya 135.000.


Saya melihat untuk produk jadi ini, Luluk hanya memperhitungkan biaya pengrajin dan bahan saja, belum sampai ke design. Sehingga jatuhnya harga ke konsumen menjadi sangat murah untuk ukuran pengerjaan yang rumit itu.

Pantas bila banyak orang datang untuk membeli lalu dijual lagi dengan harga berlipat, menggunakan merek sendiri. Sesuai keinginan pembeli. Terbanyak customernya dari Jakarta. Mereka menjual lagi sesuai brand mereka sendiri.

Dari lokal jawa timur banyak juga, terbanyak pengusaha online. Jadi mereka menjual produk secara sulam itu secara online, dengan brand pembeli juga.

Bagi Luluk ini tidak masalah,  toh dia memang tidak pandai menjual. Apalagi menggunakan media online. Terpenting usahanya lancar, produknya laku. Itu saja. Sederhana.

Luluk dalam pandangan saya sama dengan pengusaha UMKM lain yang tersebar di desa-desa atau di kota yang belum tersentuh pembinaan. Perlu bantuan pihak kompeten agar Luluk bisa menjadi pengusaha dalam arti  yang sesungguhnya. Terutama terkait legalitas juga brand atau merek dagang yang dia miliki agar bisa bersaing di pasaran.

"Saya itu nggak ngerti online mbak, yang penting bisa menjual hasil sulaman jadi usaa sulam ini bisa terus hidup," kata Luluk dalam kesempatan pertemuan dengan saya kemarin, Selasa 1/9/2020 didampingi ibu Kades Sidogiri, Dewi Rodiyah dan salah satu pengrajin Sulam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun