Sejurus kemudian, dia memulai aksinya. Bumbu yang telah disiapkan dihaluskan, lalu menumisnya di wajan penggorengan hingga harum. Kemudian dimasukkannya segelas air putih, ditambahkan santan instan, juga bubuk ketumbar sachetan.
Setelah semua bumbu tercampur sempurna dan airnya mendidih dimasukkannya umbu sawit tadi. Sedikit demi sedikit sambil diaduk. Air putih ditambahkan lagi supaya ada kuahnya. Terakhir dia masukkan garam dan gula. Kompor di matikan, diaduk lagi, diicip. Tidak ada yang kurang, selesai sudah.
"Bunda mau makan sekarang?" Tawar Julak pada saya sesudah masakan gulai umbu sawitnya matang.
" Nggak ah, kenyang, tadi kan sudah makan dengan  sambal tempe. Nanti saja dipakai sahur. Tinggal ngangetin kan."
" Ya bunda, sip. Tadi sayapun habis makan sama teman yang ngasih umbu sawit ini. Buat sahur saja ya."
Jawaban  iya saya, mengakhiri obrolan. Teriakan orang- ronda malam yang jaga lingkungan membangunkan saya. Alarm gawai ikut berbunyi. Julak terbangun juga. "Bunda,  kupanasi ya."
Sahur itu paling malas kalau disuruh makan, berhubung ada masakan menu baru jadi semangat ini. Lahap nikmat disantap dengan nasi dan lauk tempe goreng. Mau nyoba? Enak loh. Kalau tak ada umbu sawit, ganti saja dengan rebung, itu loh bagian batang bambu yang masih mau tumbuh. Biasanya di bagian pangkal bawah sendiri.
Ditulis Anis Hidayatie, untuk Samber Kompasiana.
3 Mei 2020: Artikel kategori video: Ide masak sahur (Label: Samber 2020 Hari 7 & Samber THR)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H