" Aku ingin sekali, kau tahu itu. Â Tapi bagaimana dengan alasan alasan yang kupunya? Â Baiklah aku bisa menerima makian dan cibiran orang, Â tapi bagaimana dengan buah hati semata wayangku? Arjun akan dikucilkan teman-temannya di sekolah. Â Menjadi sumber gunjingan yang tiada habisnya. "
Dekapanmu merenggang, Â menelisik dua bola mata, Â lalu satu telunjuk menutup bibirku untuk tak lagi berkata-kata. Â
"Kita akan lewati semua, Â aku akan pastikan kau akan tetap menjadi perempuan terhormat, Â lebih dari sekarang juga Arjun. Dia akan baik-baik saja dengan pernikahan kita."
"Bagaimana caranya?"
Senyummu mengakhiri percakapan malam, pelukan erat berakhir, satu bisikan lembut membuai telinga.
"Percayakan semua padaku, Â langkah awal menuju pelaminan akan kumulai ketika mentari menyapa fajar nanti. Kau lihat saja apa yang bisa aku buat untuk terwujudnya pernikahan kita."
Pintu kedatangan kubiarkan terbuka lebar. Â Kali ini tidak dengan air mata, Â namun dengan ribuan bunga bermekaran menanti janjinya segera ditunaikan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H