Langit bersih sore itu,  tak nampak tanda akan datang hujan, cerah tanpa noktah mendung menggantung.  Jumat 28 Februari  2020 saya putuskan menjawab spontan ajakan Bu Lestari. Sang ketua MGMP Bahasa Indonesia untuk datang, menengok, meliput kafe yang berulang kali saya datangi itu. CLS,  Cafe Laut Semare.
Sesudah acara antar mengantar surat undangan untuk acara " Workshop Peningkatan Mutu Kepenulisan" yang akan digelar KomalkuPas, Komunitas Menulis Buku  Pasuruan tgl 8 Maret mendatang kepada beberapa orang penting di daerah Pasuruan. Kepala dinas Pendidikan,  Kepala,  Dinas Perpustakaan dan Kearsipan juga kepada Ketua Dewan.
Belum usai acara sebetulnya, ketika saya memutuskan untuk  pamit segera menuju ke Semare. Belum sholat asar,  itu alasan utama.  Ingin saya menunaikannya di Kafe sembari menikmati  kuliner serta menyaksikan langsung sunset di sana.  Sesuatu yang saya sangat suka melakukan.  Memandang matahari tenggelam tanpa halangan,  ditelan laut lepas.Â
 Duduk di tepian, memandang hamparan air nan luas membentang,  menumbuhkan kagum sangat akan ciptaan Tuhan ini. Tenang,  damai, perasaan tetiba hadir demikian.  Sedang surut airnya,  gulungan ombak tak seperti biasanya. Perahu nelayan hanya beberapa yang  melaut,  banyak yang ditambatkan saja di dermaga kecil berlumpur desa Semare. Termasuk lokasi CLS,  Kafe Laut Semare.
" Kenyang saya bu, Â tadi sudah makan bakso beranak di Kafe ini sebelum njenengan datang."
Lalu cengkerama sambil membincangkan acara Workshop menjadi bagian dari menikmati  senja sore itu.  Gayeng,  hangat, akrab,  beberapa langkah serta solusi mengatasi masalah terkait persiapan berhasil kami rembug kan,  menemukan jalan keluar.  Situasi kafe yang nyaman,  membuat kami betah berlama-lama menikmati keindahan alam laut yang tersaji di hadapan. Â
 Sebagai hari raya para hari,  fokus kegiatan keagamaan. Seperti khataman atau tahlilan."Ada apakah?  Tumben." Tanya saya menyelidik pada lelaki muda di hadapan.
" Ada yang meninggal bu?"
" Siapa? Mengapa sampai harus menutup kafe?"