Tak ada yang tak mungkin di dunia ini, termasuk menghindari hal-hal yang tak kita inginkan untuk tidak terjadi. Â Jatuh cinta, Â siapa pernah mengira akan diperuntukkan siapa, pun putus cinta, Â tak satu orang menginginkannya.
"Jalannya sama aku nikahnya sama dia."
Pernah dengar kalimat nyesek itu? Â Sering, bahkan tertulis pula di sebuah lokasi wisata. Duh, Â ngenes yang diumbar itu bikin ketawa. Bagi yang mengalami rasanya seperti tertimpa durian runtuh, meski tak mampu meraung di depan orang. Pasti dia juga akan menertawakan dirinya sendiri. Â Sembari meruntuki kecewa. " Nasib, nasib. Mengapa ini terjadi?"
Saya
Saya bukan orang yang pandai membenci meski ada orang menyakiti. Termasuk dikhianati. Sabar, Â selalu itu yang ibu saya katakan. Kalau takdir ya bersatu, Â kalau tidak ya saudaraan saja. Tak perlu saling benci apa lagi mendendam pada mantan. Bila dia bukan takdir kita pasti Tuhan punya rencana lain yang lebih indah untuk kita jalani dalam menatap hari depan.Itu kata ibu saya.ÂÂ Sabar itu butuh ujian. Tak bisa orang mengklaim dirinya sabar tapi tidak ada ujian dia lewatkan. Â Misal nih, kita dimaki-maki pasangan, kalau balik memaki bukan sabar namanya, setali tiga uang. Kecuali kalau KDRT, Â atau ada kekerasan fisik, hukumnya wajib melawan. Bukan untuk adu jotos mencari siapa pemenang, Â tapi untuk mempertahankan diri. Â Tidak perlu mati konyol karena digebuki bukan?
Kalau ada kekerasan  fisik,  lawan. Berhadapan atau lewat jalur hukum. Supaya kebenaran tetap menjadi pemenang. Sesudah itu bagaimana?  Apakah hubungan dengan orang yang pernah mengisi hari-hari indah itu harus berakhir buruk dan menggulirkan dendam?
Bermula dengan baik mestinya berakhir baik pula. Sadari saja bahwa dia bukan jodoh kita. Karena yang berkuasa atas lahir, hidup dan mati manusia adalah tulisan sang maha Pencipta. Â Berakhirnya hubungan hati tidak berarti putus hubungan silaturrahmi. Â Karena memutuskan demikian juga bukan hal yang dibenarkan Tuhan.
 Bagi keyakinan saya "Tidak halal seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam di mana keduanya bertemu lalu yang ini berpaling dan yang itu berpaling. Yang terbaik di antara keduanya ialah orang yang memulai mengucapkan salam." (HR. Muslim).
Itulah mengapa saya salut dengan orang-orang jaman dahulu, angkatan ibu saya.  Ketika perjodohan masih menjadi pilihan menentukan  pernikahan. Banyak kasus "ora patut", tidak mau berhubungan dengan pasangan yang dijodohkan. Dengan alasan macam-macam,  namun bagi saya itu memberikan pelajaran tentang berhubungan baik. Â
Mereka, Â pasangan yang"ora patut" itu tidak bermusuhan. "Seduluran" itu menjadi komitmen ketika pernikahan berakhir. Â Hingga suatu masa, Â ketika anak- anak mereka sudah dewasa, Â ada kemungkinan hubungan baik dilanjutkan dalam tali suci pernikahan.
Bukan CLBK,  Cinta Lama Bersemi Kembali. Namun menjadi besan.  Anak-anak mereka bisa terikat dalam pernikahan.  Lalu kisah mereka menjadi bumbu perbincangan canda, menghangatkan suasana.  Tidak ada cemburu -cemburuan atau sewot karena kehadiran mantan.  Justru mantan menjadi pelengkap hubungan  persaudaraan.
Sungguh, Â saya kagum melihat orang-orang seangkatan kakek-nenek saya dalam menyikapi hubungan dengan mantan. Â Move on menjadi keniscayaan tanpa sakit hati dan permusuhan. Â Segala sesuatu selalu diupayakan berakhir baik.
" Lek gak iso bebojoaan, yo seduluran." Kalau tak bisa jadi suami istri ya jadi saudara saja. Â Itu kalimat kunci yang melanggengkan silaturrahmi.
Itulah yang ingin saya kedepankan dalam hal ini. Â Paseduluran. Â Ruh persaudaraan yang mereka bangun demikian kuatnya. Hingga tak ada ada celah ada perselisihan atau permusuhan. Â
Teladan itu harusnya dimunculkan  lagi,  memandang mantan bukan sebagai aib yang menodai harga diri,  tetapi sebagai sebuah jalan lain silaturrahmi. Hubungan cinta boleh kandas,  dia telah menjadi mantan pacar atau mantan pasangan.  Tetapi sebagai saudara dia tetap abadi.  Tidak ada mantan saudara bukan?
Lalu kalau nyesek setengah mati bagaimana? Lakukan Self Healing. Yakni menyembuhkan luka hati oleh dirinya sendiri. Menyepakati uraian Pijarpsikologi.org yang memaparkan bahwa self healing merupakan proses untuk menyembuhkan diri dari luka batin. Metode ini dilakukan saat seseorang menyimpan luka batin yang mengganggu emosinya.
Nah, apa saja yang bisa dilakukan orang yang gagal move on tersebut? Beberapa hal yang ditawarkan pijarpsikologi.org juga saya amini. Antara lain  Yakni :
1. Me Time, berguna untuk membuat setiap orang memikirkan dirinya sendiri terlebih dahulu. Terima yang terjadi, Â bahagiakan diri sendiri.
2. Berdialog dengan Diri Sendiri , lakukan ini dengan fokus, Â syukuri apa yang kita punyai. Jangan beri celah pikiran negatif menguasai.
Â
3. Berdamai dengan Keadaan, Hati yang luka memang susah obatnya. Orang berhak marah atas masa lalu. Namun tidak perlu mengutuk hal yang telah terjadi. Jadikan guru, menjadi pribadi yang lebih baik untuk langkah kemudian.
4. Mindfulness, Cari tempat  tenang, pejamkan mata. Fokus terhadap diri sendiri dan segala pikiran yang kita miliki. Pahami pergulatan emosi yang ada di dalam diri dengan kesadaran penuh. Lakukan rutin,  pada waktu yang  anda pilih sendiri.
5. Self-compassion, pedulikan diri sendiri,  penyesalan adalah amunisi  untuk kekuatan.  Jangan larut dalam kenangan. Usah lelah hati atau gundah gulana.  Karena diri anda sungguh berharga.
6. Menulis Ekspresif, bersyukurlah anda yang berprofesi sebagai penulis, atau setidaknya punya kegemaran menulis.  Kegiatan  menuliskan emosi ini diyakini ahli, setidaknya yang tertulis di pijarpsikologi  itu dapat membantu kita untuk melihat masalah dari sudut pandang yang lain. Mengatasi sesak tak keruan yang memenuhi rongga dada.
Setiap orang  adalah penyembuh dirinya sendiri,  itu yang saya simpulkan dari 6 hal yang bisa kita pilih untuk lakukan.  Jadi,  ayolah berhenti nyesek begitu mendengar kata mantan,  ubah mindset menjadi saudara.  Sebab tak ada yang tahu takdir Tuhan berikutnya apa. Selesaikan segala urusan perasaan.Â
 Awali dengan lembar baru menatap hari depan.  Tangan Tuhan tak bisa ditolak atau dihindari.  Jejangan  dialah yang akan menjadi besan bagi anak-anak kita ketika dewasa nanti. Ahay
Ditulis Anis Hidayatie untuk Kompasiana, Malang-Pasuruan
Valentine Ingat Mantan  Estafet Perdana
Tim Mantan yang Malang
1. Anis Hidayatie
2. Himam Miladi
3. Deddy Husein
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H