Bertemu dengan orang besar -menurut saya demikian-  Kompasiana merupakan puncak kebahagiaan saya ketika mengikuti acara JNE Kopiwriting Rabu, 11 September 2019 lalu. Ya, saya bertatap muka langsung dengan Nurulloh. COO, Chief Operation Officer Kompasiana berwajah oriental yang ternyata mencengangkan saya dengan pengakuannya.Â
" Saya pernah belajar Nahwu, Shorof dan Ushul Fiqh."
Ketika saya tanya, Â "Apakah anda 'maaf' muslim, mengingat nama anda adalah Nurulloh?"
Sebetulnya saya bukan orang yang tertarik mengetahui agama seseorang, karena bagi saya hubungan antar manusia dengan manusia adalah muamalah, horizontal. Keyakinan adalah ranah sensitif yang saya tidak ingin menyinggungnya. Biarlah itu menjadi urusan hamba dan penciptanya saja.
 Bagi saya, asal hidup dalam harmoni, cukuplah modal untuk berpijak di bumi manapun. Namun karena nama beliau Nurulloh dengan performa oriental, maka saya jadi tergerak menanyakan. Just to know, no more. Paling tidak kalau tiba waktu sholat, saya tak sungkan mengajak.
Kembali ke sosok COO Kompasiana terkini, Nurulloh, yang baru saja disebut oleh Bapak Pepih Nugraha dalam artikelnya bertajuk  Rahasia yang Belum Terungkap Selama Ini, Kompasiana Nyaris Dimatikan! kemarin. Satu paragraf yang menggambarkan sosok Nurulloh berbunyi " Sekarang Kompasiana berada di tangan Nurulloh, anak muda (sebenarnya ga muda-muda banget sih) yang sangat paham luar-dalam tentang Kompasiana. Anak ini yang sering saya reweli, teriaki, ketika ia baru masuk di tahun 2008, saat Kompasiana hamil tua dan siap dilahirkan. Saya percaya betul Kompasiana akan menjadi lebih maju di tangan anak ini!" Saya sepakati.
Mempunyai kesempatan berbicara langsung dengannya membuat saya mempunyai pandangan demikian. Penguasaannya tentang Kompasiana, atensinya terhadap pikiran-pikiran yang saya lontarkan tentang Kompasiana membuat saya berkesimpulan, "Ya, anak muda yang charming ini bakal mampu membawa Kompasiana lebih maju lagi."
Beberapa hal yang sempat saya utarakan sebagai pokok perbincangan antara lain yakni tentang login. Sebagai admin di puluhan grup kepenulisan, termasuk Komunitas menulis buku di beberapa daerah.  Saya sering menunjukkan identitas bahwa saya adalah Kompasianer. Share link dan ajakan menulis di Kompasiana menjadi keniscayaan.Â
Bahkan anggota grup saya dari berbagai belahan bumi Indonesia. Yang dahulu terhubung  melalui Platform yang sekarang kolaps, saya ajak menulis di Kompasiana semua.Â
Persoalan sulitnya login bukan hal sepele. Kegagalan membuat akun sering kali membuat mereka putus asa. Untuk itu saya mempunyai tim khusus yang siap membantu mereka loggin. Deddy, Maryam Rizky, Imam Rofi'i adalah beberapa di antara nama dari Komalku Raya, Komunitas Menulis Buku Malang Raya yang siap membantu pendatang baru membuat akun.Â
https://sso.kompas.com/register/a29tcGFzaWFuYQ
Dengan laporan tentang kesulitan diberikan format berikut,
Nama profil akun:
Email:
URL akun Kompasiana:
Masalah:
Itu semua sudah saya lakukan, namun tetap saja ketika mengadakan workshop kepenulisan di berbagai tempat, masalah ini selalu saja muncul. Maka saya utarakan kepada sang COO untuk menemukan way out, memudahkan user loggin Kompasiana.
Tentang hal tersebut, Pak Nurulloh menyimak dengan seksama. Menyampaikan terimakasih atas yang sudah kami perbuat.  Dia menyanggupi akan terus mengembangkan diri. Membantu bila kompasianer mengalamk kesulitan, sembari menyebut sebuah nama, Nindy sebagai Comunity Manager untuk dihubungi bila menemui hambatan.
Pula tentang blokir akun, saya sampaikan ini pas momen, ketika akun sahabat Kompasianer loyal Pak Sigit Eka Pribadi, SE yang bekerja di Dinas  Penerangan Kodam VI/Mlw, kota Balikpapan dibanned, diblokir oleh Kompasiana.Â
Menurut sang COO, blokir otomatis akan terjadi bila maksimal 5 kali melanggar ketentuan, copas tulisan yang pernah tayang atau plagiat merupakan salah satunya. Tenggat 5 kali ini sudah revisi setelah sebelumnya maksimal 3 kali. Untuk membuka kembali akun dia menyarankan hubungi saja admin Kompasiana, sampaikan keluhan dan masalah akan diselesaikan.Â
Betul memang, akun Pak Sigit berhasil dibuka kembali setelah melakukan beberapa hal, antara lain lapor ke admin dan meminta untuk membuka kembali. Begitu pula yang menimpa penulis produktif asal Tanah Bumbu beberapa hari kemarin, Ropingi. Akunnya terblokir setelah menayangkan sebuah tulisan yang ada indikasi pelanggaran. Saya laporkan ke mbak Nindy dan olehnya diminta chat ke Kompasiana Care pula. Atau mengirim Email ke kompasiana@kompasiana.comÂ
 Berhasil, akun Pak Ropingi yang ditutup hari Sabtu lalu, Senen pagi sudah dibuka. Dia bisa menulis lagi.
Tentang pembaharuan data, yang pernah kita harus loggan loggin karenanya. Dia memberikan penjelasan bahwa hal itu memang perlu dilakukan. Karena Kompasiana sedang memperbaiki serta merapikan administrasi data pengguna, untuk kepentingan kita juga. Aman, tidak ada yang perlu dikhawatirkan akan diretas. Hanya memang bagi saya capek di proses keluar masuk itu ketika kita akan menulis. Untunglah sekarang sudah normal. Lega rasanya.
Disamping tiga hal di atas, saya juga sampaikan tentang apresiasi kami terhadap pemberian label biru pilihan maupun artikel utama. Label adalah stimulus menulis. Penyemangat kami untuk memperbaiki kualitas tulisan. Maka saya pribadi meminta hal tersebut untuk dipertahankan selain K-reward tentu saja.
Begitulah, tak ada yang menyenangkan bagi Kompasianer selain bisa menulis di Platform Beyond Blogging nasional ini. Banned, atau sedang ada sesuatu yang membuat kami terkendala menulis menjadi hal yang meresahkan. Maka kalau kendala itu bisa diminimalisir kehadirannya, alangkah bahagia.
Sebetulnya ada satu hal yang terlupa saya sampaikan yakni massivenya tayangan iklan. Namun kemudian saya berpikir, asal ruang kita untuk menulis masih diberikan tak apalah. Toh kehadiran iklan juga penting untuk menghidupi beyond blogging kesayangan kita ini. Kompasiana. Begitu bukan?
Nah, bagi anda yang punya uneg-uneg untuk disampaikan, catat saja. Siapa tahu keberuntungan bisa berjumpa dengan COO keren, Nurulloh menghampiri. Sampaikan, dan anda akan dapatkan kehangatan berbincang dengannya. Catat, berdoa dan buktikan. Salam.
Anis Hidayatie untuk Kompasiana, Nurul Kharomain, Pujon. 9/10/2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H