Waduh, pertanyaan ini membuat aku kelimpungan, jangankan istri, pacar saja aku tak punya.Â
Selintas bayangan Ann berkelebat, aku ingin benar dia yang akan kukenalkan pada Saka, tapi apa daya, kata jadian saja belum ada. Meski begitu hatiku cukup berdesir membayangkan wajahnya. Ada harapan, aku ingin segera pulang ke Indonesia untuk segera meminangnya.
" Aku belum menikah Saka, jadi belum punya istri, sebentar lagi lah. Haha."
" Nunggu apa sih kau ini Ojin?"
" Nunggu seseorang." Jawabku mantap mengakhiri percakapan dengan Saka, sebelum akhirnya aku harus kembali berbaur dengan masyarakat Indonesia lain yang akan ikut lomba-lomba tujuh belasan.
***
Pukul 4 sore waktu Kansen, beberapa lomba telah usai digelar, sudah diumumkan pemenang lombanya, tapi hadiah belum dibagikan. Nanti, akan diserahkan bersamaan dengan gebyar seni hari merdeka yang rencananya akan digelar tanggal 28 Agustus ini di gedung KBRI.Â
Bergegas pulang, sesudah berpamitan dengan beberapa orang kawan. Tak ingin melanjutkan bercengkrama dengan mereka. Wajah Ann terus menggoda, aku ingin segera pulang, berdiam di kamar apartemen dan menghubungi Ann. Video Call seperti biasa.
Laju kereta api dari Kansen menuju Osaka terbilang cepat sebetulnya, namun menurutku lebih lambat kali ini. Raut muka Ann, udara Indonesia, hangat Pasuruan, ingin segera kunikmati segera.Â
Maka di perjalanan kereta api antara Kansen dan Osaka kutuliskan e mail ke konsulat, mengajukan percepatan jadwal pulang ke Indonesia. Dari agenda semula tanggal 10 September, aku minta tanggal 25 Agustus ini sudah diperbolehkan pulang ke Indonesia.
Stasiun Osaka menyambutku ramah, segera menuju apartemenku menggunakan angkutan publik. Tak sabar kubuka gawai. Melemparkan diri di atas spring bed, sambil menyentuh bar WhatsApp, Video call. Tidak diangkat, malah dimatikan. Kecewa tentu saja, namun terhibur ketika notifikasi telpon berbunyi, menunjukkan dari Ann.
" Maaf, aku sedang tidak berhijab, baru sampai di rumah setelah seharian keliling kota, gerah."