" Namaku Putra Garuda."
Sungguh aku suka sekali, menatap wajahnya, menggemaskan, sekilas ada mata Saka lekat di wajahnya.
" Anakku dia, itu ibunya." Saka menjawab sambil telunjuknya mengarah pada seorang wanita berhijab yang sedang sibuk berbincang dengan seorang wanita lain di booth Bakso Indonesia.
" Waw, amazing, kau sudah menikah dan punya anak?"
" Iya, kau ingat Ira kan? Asal Bandung, teman kita juga."
" Ah ya, tentu. Dia yang sering kau bawakan laptopnya itu kan?"
" Betul, dia adalah ibu anakku, Putra Garuda, dia lahir di Hiroshima 2 tahun yang lalu. Kami menikah lepas kita berpisah."
" Oh ya, kenapa tak berkabar?"
" Hahaha, semua terjadi begitu saja. Akupun tak menyangka akan secepat itu. Lagian, sst, sebetulnya ini akal akalanku saja. Supaya dapat sewa kamar untuk berdua dengan harga murah sekaligus modus biar dia mau menikah denganku, hehe."
" Hahaha, pinter juga kau, hebat kawan."
Kukatakan itu sambil memeluk pundaknya. Ada kerinduan terhadap masa di kelas dulu bersama Saka.
" Kau sendiri Ojin? Mana istrimu?"