Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Melawan Perasaan

14 Juni 2019   09:31 Diperbarui: 14 Juni 2019   11:00 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Ya, aku marah karena adek tak berterus terang bahwa sudah punya istri dan anak pun."

" Oh itu, lalu apa salahnya? Aku akan menjadikan kau istri kedua, tak mengapa bukan?" Tenang dia menjawab.

Ini membuatku gusar. Kalau kepada istrinya dia bisa melakukan, berarti kepadaku, kelak dia pun akan lakukan hal yang sama. Ketika dia menemukan lagi yang lain. Rasa empati keperempuananku menyeruak. Tak ada lagi berharap ingin dia miliki.

Kutegaskan  padanya. " Maaf, aku ingin berteman saja, menjadi perempuan sunyi. Tak ada niat menikah lagi. Tak pula hendak berhubungan dengan lelaki manapun.  Tanpa mesra yang mendekati zina. Aku sedang melakukan pertobatan untuk itu. Bantu aku. Biar kujalani hidupku dengan puasa melakukan hal yang mendekati zina. Dengan siapa pun!"

Tawanya meledak, seolah mencemooh keputusanku " Apa kau yakin bisa lepas dari perasaan?"

" Kan kulawan perasaan itu. Dengan membaca kalam Tuhan tanpa bosan, yang memerintahkan untuk tak mendekati zina, yang menunjukkan bahwa setan akan selalu melancarkan godaan, pada hambanya yang ingin bertobat. Kau adalah setan itu. Aku berlindung kepada Allah untuk tak tergoda lagi padamu. Dia yang akan mencabut perasaan ini. Untuk tak lagi menghinggapi hati."

Sepertinya penjelasanku itu cukup menohok jantungnya. Seketika lelaki muda yang kupanggil adek itu menjawab.

" Baiklah, kalau itu maumu. Kita lihat apakah kau bisa berlari jauh dariku. Tak kan kulakukan apa-apa. Selamat tinggal kekasih, aku selalu menanti kau kembali."

Kalimat akhirnya terdengar seperti tantangan, ingin kubuktikan, tak ingin lagi kembali padanya. Godaan selalu ada, butuh usaha  keras melewati itu  semua. Melawan perasaan dengan terengah kulakukan. Mengalihkan waktu untuk lebih banyak bercengkrama dengan Tuhan. Melantunkan ayat-ayatNya, menyuguhkan tangisan penyesalan. Tumbuh nikmat luar biasa.

 Seringkali tirta bening ini membasahi lembar demi lembar halaman ketika sampai pada ayat yang menunjukkan betapa manusia akan selalu digoda setan sepanjang hidupnya. Maka hanya menyebut namaNya tempat berlindung dari godaan setan yang terkutuk itu.

" Bimbing aku Ya Allah. Lindungi selalu diri ini." Itu yang selalu terucap saat mengakhiri bacaan, untuk nanti kembali membaca lagi. Damai, tak gelisah lagi hati ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun