Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Berbagi Semangat Literasi di Bulan Suci

12 Mei 2019   08:51 Diperbarui: 12 Mei 2019   09:18 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puasa, tetap semangat menyikmak materi

Menjadikan Ramadhan berkah bisa dilakukan dengan berbagai cara. Asal bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, di manapun tempat bisa kita dapatkan keberkahan itu. Awali dengan niat ibadah, yakinlah itu akan menuai berkah. Sepakat? Mari kita buat.

Seperti yang pernah saya tuliskan sebelumnya, salah satu kegiatan luar rumah yang ingin saya lakukan di bulan Ramadhan ini adalah berbagi. Bukan harta. Namun ilmu, waktu dan tenaga, yang jumlahnya sedikit pula tapi saya punya.

Jum'at kemarin merupakan awal saya berbagi untuk dunia literasi. Workshop Jurnalistik yang diadakan di SMP Negeri 2 Ngantang menandai kehadiran saya beraktifitas untuk kepenulisan di bulan Ramadhan.

Bertempat di Laboratorium SMP Negeri Ngantang, ada sekitar 33  pelajar terlihat antusias mengikuti seluk beluk pembahasan tentang jurnalistik, tentang kepenulisan. Kesepakatan awal dengan peserta saya buat, bahwa nanti bila kita bisa menulis, kita niatkan untuk menjadikan tulisan atau kata-kata, sebagai alat perjuangan. Ramadhan, menjanjikan kebaikan berlipat untuk itu semua.

Beramal shaleh dengan kata-kata. Bukan menjadikan tulisan sebagai sumber malapetaka. Karena akan ada pertanggungjawaban pada tiap huruf yang kita hasilkan. Akan ada pertanyaan pada tiap jari yang kita gunakan, dan seluruh anggota tubuh yang terlibat dalam penulisan, kelak bila kita sudah tak menghuni dunia fana lagi. Karena tulisan, adalah abadi. Dia bisa berbuah pahala atau dosa sepanjang tulisan kita dibaca.

"Kata- kata adalah perjuanganku", digemakan sebagai penyemangat untuk ikut "giat literasi"
Dipandu oleh guru Agama ibu Dessy Suparni, dimoderatori oleh guru Bahasa Indonesia, Ibu Fitri acara berlangsung semarak. Tak terasa bahwa hari itu adalah puasa. Beberapa materi yang saya sampaikan terkait penulisan disimak peserta dengan hikmat. Ada interaksi tanya jawab yang membuat situasi menjadi hangat.

Karena karya mereka nantinya akan diterbitkan dalam bentuk mading, maka materi jurnalistik saya berikan menyesuaikan dengan kebutuhan konten majalah dinding yang akan ditampilkan. Jurnalistik yang menurut KBBI,  secara bahasa (Indonesia) diartikan sebagai hal yang menyangkut kewartawanan dan persuratkabaran dan seni kejuruan yang bersangkutan dengan pemberitaan dan persuratkabaran (KBBI). 

Lalu menurut Wikipedia yakni kewartawanan,  atau jurnalisme (berasal dari kata journal) mempunyai arti catatan harian atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, dapat juga diartikan sebagai surat kabar. Dalam pandangan saya bisa diterapkan dalam konsep mading nanti.

Seperti surat kabar atau majalah. Beberapa rubrik disediakan untuk mengisi tulisan tulisan dalam mading tersebut. Non fiksi, berupa reportase kegiatan sekolah, opini  siswa atau guru terhadap  kehidupan sekolah juga artikel terkait sekolah dan pendidikan pada umumnya. Ada pojok fiksi juga yang memuat karya puisi dan cerpen atau cerita mini.

Sebagai rujukan mudah dalam hal memilah kategori fiksi ini saya minta teman saya, bu Dessy yang juga anggota KomalkuRaya, Komunitas Menulis Buku Malang Raya dan sekitarnya sekaligus Kompasianers untuk melihat fitur Fiksiana di Kompasiana.

Puasa, tetap semangat menyikmak materi
Puasa, tetap semangat menyikmak materi
Satu puisi karya bu Dessy berjudul Ayah yang pernah diposting di Kompasiana saya bacakan. Sebagai contoh bahwa kita bisa membuat puisi dengan bahasa sederhana tentang perasaan pada sesorang yang dekat dalam kehidupan kita. Lalu berturut pembahasan tentang menulis cerpen, reportase atau opini.

Satu konsep Mading berikut konten telah dihasilkan, untuk model saya usulkan tiga dimensi. Sesuai tema yakni Lingkungan Hidup, maka idenya yakni membuat miniatur pohon yang dahan dan rantingnya di isi karya jurnalistik siswa. Ini supaya menarik saja, penampilan beda akan membuat orang tertarik untuk memperhatikan. Adalah kebahagiaan bila karya yang sudah dibuat mendapatkan apresiasi. Setidaknya dari civitas sekolah setempat.

Menutup perjumpaan, ada tugas yang harus dilakukan oleh peserta yakni mengisi mading dengan tulisan. Beberapa kelompok dibuat. Ada kelompok puisi, cerpen, opini, reportase, serta artikel. Rencana akan ditampilkan pula karya seni siswa di bidang seni lukis dan kerajinan. Namun tidak pada saat workshop berlangsung, karena untuk itu harus ada seleksi dari karya siswa yang masuk.

Peserta serius mengerjakan tugas
Peserta serius mengerjakan tugas
Workshop Jurnalistik satu hari itu berakhir dengan terwujudnya konsep Mading, berikut redaktur dan isi mading. Follow up penyempurnaan akan dilaksanakan di hari lain. Sebagai penyegar suasana, penyelenggara memberikan hadiah kepada dua peserta yang mau membacakan puisi di hadapan peserta dengan baik. Senyum menghiasi, bahagia menyelimuti. Indahnya berbagi semangat giat literasi di bulan suci.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun