Kondisi ini membuat Mbak Novie merasa tertampar. Kenikmatan yang selama ini  terkadang terasa kurang, digugat. Ya, Kamar ber-AC, keluarga yang masih lengkap, anak-anak yang ganteng dan pintar, suami yang sabar dan penyayang, kadang itu tertutup keluhan, belum punya mobil, belum punya rumah mewah,  belum punya kelebihan uang untuk jalan jalan, shopping, cuci mata ke pusat pusat perbelanjaan.
 Ah, manusia memang tempatnya nafsu angkara. Melihat dan merasakan kehidupan Paman di sini, membuat Mbak Novie sangat bersyukur dengan semua yang dilimpahkan. Kesederhanaan yang menurut kebanyakan orang termasuk saya "kekurangan",  tak membuat Sang Paman merana, justru membuatnya arif dan bijaksana dalam menyikapi kehidupan.
Dia melalui hidupnya tanpa keluhan, hidupnya bergelimang sukur. Ini menumbuhkan malu yang sangat. Mbak Novie tertampar, secara jarang bibirnya berucap Alhamdulillah, untuk segala yang telah dia punya. Masihkah dia pantas berbangga dengan kelebihan? Padahal dia yang kita sangka hidupnya kekurangan, penuh dengan tatapan kebahagiaan.
Desa Keongan, Semarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H