Berangkat dan pulang aku bersama Kak Rob, N Max nya menjadi saksi kedekatan kami tiap pagi berangkat dan jelang senja ketika pulang. Warung pancing sampai berbaik hati mengosongkan tempat favorit kami sebelum kami datang.
Tiba tiba saja aku menikmati kedekatan kami. Padahal dia bukan siapa siapa aku, hanya TTM, teman tapi mesra kata sebuah lagu yang pernah dilantunkan Maia Estianty dahulu. Meski harus kuakui ada desir halus tiap memanggilnya "Kak". Tapi itu belum cukup untuk menguatkan hasratku untuk mau menerima pinangannya.
"Aku akan melamarmu minggu depan kalau kau setuju menikah denganku."
Kata-kata itu meluncur lancar dari mulutnya, usai kami menikmati makan siang sambil melihat kolam pemancingan.
"Apa? Kakak mau menikahiku?" Tak percaya aku bertanya padanya.
" Iya. Apa kurang jelas perkataanku tadi?"
Tatapan matanya menghunjam, aku tertunduk tak tahu harus menjawab apa. Dia tak pernah mengungkapkan perasaannya mencintaiku, dia juga tak pernah kurang ajar ingin menyentuh apapun dari bagian tubuhku.Â
Dia begitu menjagaku, bahkan salaman saja dia tak melakukan. Karena dia tahu aku tak pernah melakukannya itu dengan lelaki manapun. Aku terperangah mendengar kata-katanya. Apa betul dia punya perasaan mencintaiku?
"Bagaimana? Kau setuju? Kalau iya segera kita mulai persiapannya, istriku sendiri akan ikut melamarmu."
Perkataannya mengagetkan, istrinya? Duh, apa tidak gila dia? Batinku.
"Istri Kakak?" Tanyaku.
"Iya istriku. Dia akan ikut melamarkanmu untukku, aku telah katakan padanya akan menikahimu. Dia setuju, bahkan suka padamu, sepertinya dia tak sabar akan punya adik madu."