Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bendera-bendera di Tanah Bencana

28 Desember 2018   09:54 Diperbarui: 28 Desember 2018   15:02 928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hanya itu yang dia butuhkan, pelukan sayang bersahabat, kata-kata penguat, agar hidupnya tetap semangat, kalau ada yang mau beri nasehat, bahwa bencana ini adalah adzab, pengingat agar kita makin dekat, karena mungkin kita telah terseret jauh dari mengingatNya, baiklah.

 Itu bisa diterima dengan lapang dada, karena nyatanya manusia demikianlah adanya, seringkali salah atau alpa, baik sadar, atau tersembunyi tampaknya.

Bila ada yang berkenan mengirim sumbangan uang, makanan, minuman atau pakaian, sungguh itu pengharapan besar yang diidamkan. Ribuan terimakasih untuk para penyumbang, teriring doa pada yang kuasa agar yang terketuk hatinya memperoleh balasan kebaikan di dunia dan akhiratnya.

Namun bila ada komentar atau penilaian kurang mengenakkan terhadap kami. Apalagi terhadap tokoh pemimpin kami, rasanya kami tak terima, bukan karena mau bela beliau, bukan karena kami pendukung partainya, tapi lebih pada sebuah rasa kebersamaan. Beliau sama menderita dengan kami juga, upayanya beri kami sesuatu meski tak berarti buat mereka, buat anda kami hargai. Setitik simpati dari siapapun akan kami sambut, seperti gerimis hujan di musim kemarau.

Entahlah, rasaku tetiba menyatu dengannya, hingga aku menjadi kami, turut rasai deritanya. Saat ini kami butuh do'a dan penguatan, tolonglah hentikan makian, kritikan, bersabarlah hingga keadaan tenang, sampai bencana gempa tak lagi meradang, bebaskanlah kami dari rasa sakit akibat kata-kata menukik, menyinggung siapapun saudara kami di tanah Indonesia tercinta ini. 

Untuk politisi, yang ingin memanfaatkan keadaan ini, dengan tebar pesona atau cari simpati, mohon sudahilah, berilah jeda, munculkan tenggang rasa. Tak apa ada bendera-bendera  di tanah apapun berkibar saat memberi bantuan, tapi tolonglah katakan saja sesuatu yang memberi kesejukan, bukan umpatan atau makian terhadap seseorang. 

Kami ingin bersih dari prasangka dan rerasan, agar kebersihan hati ini bisa menjadi jembatan, ucapan doa tanpa hijab, tanpa halangan, agar Allah berkenan memberikan pengabulan.

Satu hal yang kami inginkan, kami pintakan untuk saat ini, yakni pembebasan dari segala bencana alam yang tampak dekat di depan mata ini.

" Aku malu ada yang berkata begitu yuk,  Tak kethak e yo, masio konco. Kujitak ya meskipun teman kita."

" Lempar dia ke Mars."

Begitu jawabnya saat kutawarkan pembelaan, menunjukkan betapa dia tidak ingin melihatnya di muka bumi ini. Mungkin dengan melempar ke planet lain,  dia, sang komentator pedas bisa tersadarkan, bahwa di bumi ini kita butuh bergandengan tangan menghadapi cobaan, bukan malah ajak berperang memanfaatkan kegentingan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun