Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lelaki di Penghujung Malam

24 Desember 2018   19:29 Diperbarui: 24 Desember 2018   19:42 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Deru malam  membelenggu, sapa lembutmu tak lelah kutunggu, kalbu ini terkoyak menginginkan selalu. Ranting terlembut lubuk hati, palung terdalam sanubari inginnya memeluk suara  godaan asmara yang tak kunjung reda. Dari lelaki daratan seberang.

Kata orang inilah cinta terlarang, tapi siapakah yang bisa memberikan penghalang? Hasrat ini makin remuk redam antara menarik diri atau makin tenggelam.

Lelaki di penghujung malamku selalu membisikkan kata rindu di malam menjelang, " Apa kabar hatimu rinduku?"

" Selalu baik untukmu," begitu kataku, menjawab tanyamu di gawai tipisku,  selembut sutra ungu kumelagu. 

"Kamu sendiri, apa kabarnya?" Seolah ingin menghilangkan debar yang mulai tak menentu, kucoba balik bertanya. 

"Kabar cinta untukmu selalu,"  jawaban yang selalu sama, setiap kali aku menanyakan kabarmu.

Sejenak kuterbuai  goda dalam canda.  " Oh ya? Aku masih ragu untuk itu, "  mencoba kutelusuri sisi terdalam hatimu.

"Apa aku harus mengatakannya berulang kali cintaku? Haruskah aku katakan ribuan kali betapa hasrat ini hanya untuk mu?" lagi - lagi kau menggodaku.

"Ayolah rinduku, akuilah bahwa dirimu pun merasakan hal yang sama, bukan ?" Tawamu terdengar merdu saat kau mengucapkan kata - kata itu.

 Aku terseret mengimbangi. "Oh tidak, aku masih keberatan mengatakan itu."

"Hm...aku tahu, tapi aku merasakan nafasmu mengatakan, tidak  salah bukan? Begitukan maksudmu?" kembali terdengar suara tawamu penuh kemenangan diseberang. 

Kutarik nafas perlahan, kupejamkan penglihatan sejenak. Diujung sana, diujung percakapan, selalu membuat riak gelombang, tawa khasmu, bayang sosokmu, begitu tampan meskipun tanpa hiasan. Kesederhanaan yang mengagumkan.

  Kuhempaskan nafasku perlahan, agar kau tak bisa menebak apa yang tengah aku pikirkan.

"Ada apakah? Aku hanya mendengar degup jantungmu, ke mana suaramu?" Pertanyaanmu  membuatku cukup tersentak, kaget dan malu. 

"Tak ada." Kataku mencoba mengelak.

"Ada apa? Aku tahu ada yang memberatkan pikiranmu?  Ceritakanlah," desau suaramu meminta,  melenakan pendengaran kesenyapan malam.

Buaian malam makin menggemakan pelukan, dua orang yang sedang dibakar kengerian akan harapan penyatuan jiwa yang sedang kasmaran. 

Senyummu menggoda, sapa tengah malammu selalu kutunggu, seperti pungguk merindukan bulan, aku dibuai angan. Wajah teduhmu menyejukkan, senyummu piawai membuaikan angan. Laksa harapan kuinginkan, agar pagi tak segera datang.

Aku telah lupa cara tidur nyenyak, kutakut  nyata ini tak lagi kumiliki, mimpi berdua menjadi ketakutan, lelap mata mengkhawatirkan kehilangan, pada usapan kasih sayang malam, yang sungguh tak ingin kulewatkan.

Meski hanya seperempat kelam, pekat gelap ini kukecap  nikmat. Meski hanya barisan ucap. Itu cukup meluapkan hasrat, tak ada sedikitpun jasad tersentuh, tak ada secuilpun kecup merengkuh. Namun gelombang ombak di perahu  cinta ini makin jauh kukayuh.

Debar jantung makin menggelora, rasa cinta makin mempesona, bila sadar dirimu siapa, sungguh aku ingin melawan nya, nyatanya makin menjauh, makin dalam aku terjatuh. Karena kurasakan cintamu sungguh sungguh. Dan,  aku rasa semakin rapuh. Bilakah cinta kita akan berlabuh?

Ditulis Anis Hidayatie untuk jiwa yang kasmaran. Bangil 24122018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun