Deru malam  membelenggu, sapa lembutmu tak lelah kutunggu, kalbu ini terkoyak menginginkan selalu. Ranting terlembut lubuk hati, palung terdalam sanubari inginnya memeluk suara  godaan asmara yang tak kunjung reda. Dari lelaki daratan seberang.
Kata orang inilah cinta terlarang, tapi siapakah yang bisa memberikan penghalang? Hasrat ini makin remuk redam antara menarik diri atau makin tenggelam.
Lelaki di penghujung malamku selalu membisikkan kata rindu di malam menjelang, " Apa kabar hatimu rinduku?"
" Selalu baik untukmu," begitu kataku, menjawab tanyamu di gawai tipisku, Â selembut sutra ungu kumelagu.Â
"Kamu sendiri, apa kabarnya?" Seolah ingin menghilangkan debar yang mulai tak menentu, kucoba balik bertanya.Â
"Kabar cinta untukmu selalu," Â jawaban yang selalu sama, setiap kali aku menanyakan kabarmu.
Sejenak kuterbuai  goda dalam canda.  " Oh ya? Aku masih ragu untuk itu, "  mencoba kutelusuri sisi terdalam hatimu.
"Apa aku harus mengatakannya berulang kali cintaku? Haruskah aku katakan ribuan kali betapa hasrat ini hanya untuk mu?" lagi - lagi kau menggodaku.
"Ayolah rinduku, akuilah bahwa dirimu pun merasakan hal yang sama, bukan ?" Tawamu terdengar merdu saat kau mengucapkan kata - kata itu.
 Aku terseret mengimbangi. "Oh tidak, aku masih keberatan mengatakan itu."
"Hm...aku tahu, tapi aku merasakan nafasmu mengatakan, tidak  salah bukan? Begitukan maksudmu?" kembali terdengar suara tawamu penuh kemenangan diseberang.Â