Kemudia seorang pengurus JIB angkat menyela: tapi mana jawabannya? Agus Salim menjawab, "Jawab permasalahan itu ada pada Saudara-saudara karena ini persoalan generasi saudara-saudara, bukan persoalan saya. Lihat anak saya (sambil menunjuk anaknya yang masih kecil). Jikalau saya menggendongnya terus, kapan ia berjalan? Biarlah ia mencoba berjalan. Terjatuh, tetapi ia akan beroleh pengalaman dari situ" (Ridwan Saidi, 1984).
Inilah kepemimpinan yang menggerakkan. Menginspirasi, bukan mendikte. Saya kurang setuju pada pemimpin yang menawarkan diri: lihat, saya datang untuk menyelesaikan masalah Anda. Mohon maaf, itu kuno.
Kepemimpinan yang dibutuhkan Indonesia saat ini adalah kepemimpinan yang menggerakkan:
- Memberi semangat, membawa "nyawa",
- Menyajikan nuansa,
- dan menyodorkan perasaan tentang tujuan yang sama serta berkomitmen tanpa syarat (unconditional commitment) untuk menegakkan hukum di tanah ini.
Kita membutuhkan pemimpin yang bersahaja, pikirannya mendalam, artikulasinya santun-cerdas, dan sikapnya tegas. Pemimpin yang mampu membuat orang yang dipimpin bergerak, turun tangan, dan berkontribusi untuk menyelesaikan masalah. Bukan pemimpin yang menumbuhkan afeksi pasif, yang membuat orang yang dipimpin terlena dan tidak bisa keluar dari jebakan pola patron-klien yang mengungkung demikian lama. Kepada Agus Salim, kita bisa belajar itu semua.
Ayo Ikut Turun Tangan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H