Mohon tunggu...
Aniek Irawatie
Aniek Irawatie Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Humaniora sosial budaya adalah bidang yang saya tekuni sampai saat ini, dan menjadi fokus aktivitas penelitian dan pengabdian masyarakat. Setiap aktivitas itu saya selalu melibatkan mahasiswa, dengan maksud agar mahasiswa memiliki pengalaman belajar di luar kelas. Mahasiswa adalah sahabat dosen dalam proses belajar mengajar, sehingga peran dosen tidak hanya sebagai pendidik akan tetapi menjadi teman berdiskusi. Menjadi dosen sangat menyenangkan karena selalu berinteraksi dengan berbagai generasi sehingga dosen harus mampu menjadi teman berdiskusi bagi mahasiswanya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

"Peran Pendidikan Karakter dalam Membangun Kepercayaan Diri Anak"

2 November 2024   08:25 Diperbarui: 2 November 2024   09:48 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1.  Tidak percaya pada kemampuan sendiri. Anak yang tidak percaya diri tidak percaya pada diri anak sendiri. Ia selalu merendahkan dirinya sendiri dan menganggap anak lain lebih mampu dari dirinya. Akibatnya, dia biasanya tidak melakukan aktivitas dengan sebaik mungkin atau sepenuhnya karena merasa tidak mampu melakukannya dengan sebaik mungkin. 

2.  Bersikap konformis. Dalam aktivitas, individu yang tidak yakin akan bertindak sesuai keinginan anak lain atau kelompok tidak mampu bertindak sesuai keinginan anak sendiri karena takut ditinggalakan atau dikucilkan oleh kelompok. Anak-anak seperti ini tidak mampu hidup sendiri karena sangat bergantung pada anak lain. 

3.  Takut akan penolakan. Seseanak yang terlalu peduli dengan bagaimana anak lain melihatnya akan membuat dirinya menderita sendiri karena tidak mampu bertindak sesuai dengan dirinya sendiri. Dalam kebanyakan kasus, anak yang takut ditolak akan berusaha mengikuti dan meniru anak lain atau kelompok supaya anak tidak ditinggalkan atau ditolak. Anak yang takut dianggap aneh biasanya akan semakin ditolak oleh anak atau kelompok yang diikutinya. 

4.  Sensitif. Anak yang sensitif sering menggunakan perasaan anak saat menyelesaikan masalah. Dibandingkan dengan anak yang tidak sensitif, anak yang sensitif membutuhkan lebih banyak waktu untuk mempelajari dan beradaptasi. Sensitivitas pada dasarnya berfungsi sebagai t kewaspadaan, tetapi jika terlalu banyak digunakan, itu justru membuat anak sulit untuk berkembang dan beradaptasi. Anak dengan sifat sensitif memproses dan merenungkan informasi secara lebih mendalam daripada anak lain. 

5.  Pesimis dan Takut gagal. Anak optimis dan percaya diri selalu berusaha menghidupkan api, sementara anak pesimis mencari alasan untuk mematikan api. Bagi anak yang pesimis, semuanya akan menjadi buruk. Anak pesimis tidak akan mencoba hal baru. Kegagalan dianggap buruk dan kejam oleh sebagian besar anak. Anak yang takut gagal seringkali terlalu kompetitif. Ia menganggap setiap anak sebagai musuh dan melihat setiap peluang sebagai bahaya. Individu seperti ini akan sangat gugup dan takut untuk melakukan sesuatu karena anak takut akan kegagalan. 

6.  Pola pikir negatif. Secara umum, pemikiran negatif akan menyebabkan rasa tidak berdaya dan tidak mampu. Kepercayaan diri rendah menyebabkan anak melihat semua hal dari sudut png negatif. Ia tidak menyadari bahwa dirinya sendiri yang menciptakan pola pikir yang negatif pada dirinya sendiri. Individu dengan pola pikir negatif selalu menekankan hal-hal yang harus anak lakukan, dan ketika anak gagal, anak merasa sangat hancur. 

7.  Sulit menerima realita. Setiap anak yang sukses pasti pernah mengalami kegagalan. Anak yang sukses adalah anak yang selalu belajar dari kesalahan anak. Individu yang tidak percaya diri memiliki impian besar tetapi tidak mampu mewujudkannya. Meskipun dirinya tidak berusaha dengan sungguh-sungguh, dia selalu berpikir bahwa semua impian dapat dicapai dengan mudah. Ia akan lari dari kenyataan ketika menghadapi kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan. 

Mengatasi Masalah Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri sangat penting. Rasa percaya diri membantu seseanak melakukan apa pun yang anak lakukan dengan percaya bahwa itu akan berhasil. Ini sesuai dengan apa yang dikatakan Wiranegara (2010:3) bahwa anak yang percaya diri akan memanfaatkan setiap kesempatan dan keuntungan yang tersedia. Anak yang percaya diri tidak menglkan persetujuan anak lain untuk mengetahui bahwa anak ada. Kepercayaan diri seseanak secara signifikan dipengaruhi oleh lingkungan keluarga anak. Perkembangan kepercayaan diri seseanak sangat bergantung pada pola asuh anaktua. Selain lingkungan keluarga, lingkungan sosial, seperti sekolah dan masyrakat, memengaruhi kepercayaan diri. Kepercayaan diri akan meningkat dalam lingkungan yang selalu mendukung dan mendorong seseanak untuk maju. Kepercayaan diri dapat dibangun oleh institusi pendidikan yang mempromosikan budaya sekolah yang sehat, mendorong siswa untuk berani bertanya, dan menerapkan disiplin secara teratur.  Untuk menumbuhkan rasa percaya diri, seseanak harus menjalin hubungan baik dengan anak lain, baik yang sudah dikenal maupun yang baru. Ini karena menjalin hubungan dengan anak lain akan menumbuhkan rasa percaya diri.

Panduan tentang cara mengatasi masalah kepercayaan diri:

1.  Mengenali Akar Masalah. Mulailah dengan mengidentifikasi sumber perasaan  yang tidak percaya diri. Apakah itu akibat dari pengalaman sebelumnya, perbandingan dengan anak lain, atau kritik yang berlebihan?  akan lebih mudah menemukan solusi untuk masalah jika  mengetahui akarnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun