Marketing dalam Dunia Wedding
Dulu, di saat teknologi belum berkembang, membuat portfolio online itu merupakan hal yang tidak bisa dilakukan semua orang, tetapi dengan berkembangnya jaman, sekarang portfolio bisa di display dimanapun, baik di sosial media, maupun di website yang mudah untuk dibuat juga.
Hal ini berimbas ke cara marketing yang berubah dari 10 tahun lalu dan sekarang. Kemajuan teknologi ini seakan menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, mempermudah kita untuk melakukan editing, administrasi, dan cataloging, membuat kita memiliki lebih banyak waktu untuk memotret dan melakukan hal yang produktif. Tapi di sisi lain, karena mudahnnya akses, semua orang juga melakukan hal yang sama.
Tantangan ke Depannya di Dunia Wedding Fotografi
Seiring dengan berubahnya cara pikir masyarakat mengenai wedding yang makin lama makin kecil skalanya, tidak seperti dulu yang kalau wedding biasanya dilakukan di gedung yang mewah, dengan jumlah tamu yang massive juga.Â
Ditambah dengan kuantitas wedding sendiri terutama di kota-kota besar yang makin berkurang dikarenakan banyak yang memutuskan tidak menikah, atau menunda pernikahan mereka. Sementara di lain sisi jumlah fotografer yang makin banyak, dengan barrier to entry yang rendah, membuat persaingan menjadi semakin ketat. Ketidakseimbangan ini membuat supply dan demand menjadi tidak berimbang.Â
Aku sendiri masih belum tahu solusi secara pasti untuk ke depannya, tapi melihat landscape dunia perweddingan ini, memiliki self branding yang kuat menjadi sangat penting, terutama untuk fotografer yang baru terjun di dunia wedding, maupun pemain lama. Penting juga untuk menentukan market kalian mau bermain dimana, karena tidak ada regulasi yang pasti harus berapa foto wedding dihargai.Â
Perihal AI, wedding tidak perlu takut sama sekali, karena AI justru akan membantu kita para fotografer untuk bisa menyelesaikan tugasnya dengan cepat. Sedangkan foto liputan, dalam waktu dekat dan menengah tetap tidak akan tergantikan oleh AI. (beda cerita dengan foto2 produk dan makanan yang akan sangat terganggu oleh market AI dan stock foto).
Tantangan di Masing-Masing Segmen
Yang bermain di market low & middle low menurutku market akan terus bertahan dan paling massive dengan demand yang banyak juga. Tantangan di market ini adalah supply nya yang overloaded, dengan murahnya harga kamera, terutama kamera-kamera second, dan makin mudahnya kamera digunakan, di sini adalah titik entry point hampir semua fotografer, maka dari itu, di sini akan terjadi banyak perang dan banting-bantingan harga.
Market middle low ini sebenarnya bukan market yang sulit untuk digarap dikarenakan biasa permintaan mereka juga tidak aneh-aneh, atau dengan kata lain "yang penting ada dokumentasinya dan terang"..Â
Tantangannya buat para pemain di level ini adalah menjaga kualitas hasil foto dari team nya (baik itu freelance nya, atau videografernya). Dikarenakan budget yang tidak terlalu besar, mengakibatkan vendor juga tidak bisa meng'hire freelancer foto atau videografer yang berpengalaman juga.
...
Di market middle, menurutku fotografer yang mencapai atau bermain di titik ini, tidak akan bisa bertahan lama karena di suatu titik, nanti kalian harus memilih untuk naik kelas, bermain di kelas upper, ataupun turun ke kelas middle low, dan bermain perang harga dengan banyak fotografer lainnya. Sama seperti ekonomi, kelas middle ini merupakan kelas yang paling rentan untuk hilang.