Aku hanya diam saja, jantungku berdetak begitu kencang. Suhu kamarku rasanya sangat dingin, sampai tanganku terasa sangat beku.Â
Waktu memisahkan kita. Akhirnya kamu harus pulang. Aku ingin kamu terus disini bersamaku. Tapi apa daya, kamu harus pulang.Â
***
Seperti biasanya aku melirik-lirik balkon rumah sakit. Sepertinya kamu belum datang. Aku bergegas kesana, dan menunggumu disana. Aku yang duluan datang kali ini. Yeee Kamu kalah. Aku bergumam dalam hati.Â
Satu jam aku menunggumu disaana, tapi kamu tak kunjung datang. Kamu kemana? Aku lelah menunggumu disini, tapi kamu tak datang.Â
Esok harinya aku masih datang ke balkon lebih cepat. Tapi tidak aku temui dirimu yang selalu menungguku disana.Â
Ini adalah kemo terakhirku, 3bulan sudah aku menunggumu yang tak kunjung menemuiku.Â
Kemana kamu pria tampan? Apakah kamu pergi tanpa ku ketahui? Apakah kamu sudah tidak mau menemuiku lagi? Aku sangat tersiksa tanpamu. Tidak ada tawa, ataupun canda yang dapat membuat bibirku tersenyum.Â
"Nona, sudah diperbolehkan pulang. " Suster itu berkata.
"Baik Sus. " Sahutku.
Aku pulang kerumah bersama Ibu. Tapi fikiranku masih berada di balkon rumah sakit bersamamu.Â
Aku merindukanmu Pria Tampan.
Aku putuskan kembali ke rumah sakit dengan menanyakan seseorang yang mungkin saja mengenalmu.Â
Tapi seperti sia-sia saja. Tidak ada yang mengenalmu disana. Mendadak aku lupa namamu. Semakin sulit saja aku mencarimu.Â