"Putri gak akan kemana mana lagi. Soalnya dia udah gak bisa kemana mana. "
Aku kaget dan hendak menemui Putri. Pintu kamarnya terkunci dan aku dobrak. Tiba-tiba aku berhasil mendobrak kamarnya.Â
Putri tergeletak dengan kaki yang terpaku ke lantai. Dia meringis kesakitan.Â
"Des, pergi Des lari... " Jawabnya.Â
"Nggak Putri, aku gak akan tinggalin kamu. "
Paku ini sulit dicabut. Putri berdarah-darah semakin banyak. Bu Rahma datang dengan membawa paku yang lain.Â
"Kamu, udah gak mau nurut ya. Keluar kosan buat makan aja. Kalau ngekos itu tidur. Bukan keluyuran. " Pelan, tatapannya tajam, dan menakutkan.Â
Terdengar suara Zahra dan seseorang menaiki tangga. Ternyata benar saja Dia datang bersama Ayahnya.Â
Seketika itu Ayahnya langsung membacakan Ayat Suci Al-Qur'an, dan Bu Rahma pun melawan dengan teriakan demi teriakan.Â
Zahra membantuku untuk mengangkat Putri. Walau Putri dalam keadaan berdarah, Putri masih kuat untuk berusaha juga.Â
Akhirnya Bu Rahma, pingsan. Putri, aku, dan Zahra diantar ayahnya ke rumah sakit.Â