Mohon tunggu...
A.Sha
A.Sha Mohon Tunggu... Lainnya - Dreamer

Jalinan titik demi titik akan terlihat menjadi garis dan satu gambaran utuh di kemudian hari

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Kepala-kepala yang Meledak

3 Juni 2024   04:04 Diperbarui: 7 Juni 2024   21:25 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak perlu membeli sampo atau obat penumbuh rambut sebab kebotakan dini, tidak perlu merasa sakit kepala akibat cecaran sambil lalu yang setiap katanya tak pernah dipikir oleh yang memiliki lisan. 

Sore itu, tatkala hampir seperempat orang yang kukenal mulai berjalan tanpa kepala, satu pertanyaan terbersit di pikiranku. 

Jadi, kira-kira apa permasalahan yang pernah kualami dan dapat menempatkanku secara irasional untuk memutuskan mengonsumsi pil stimulan itu di masa mendatang? 

Namun makin kuingat-ingat, semakin kabur dan semakin tak dapat kutemukan satu pun masalah yang padahal sebelumnya terasa begitu besar dan berat. 

Mungkin terlampau ngeri dengan alternatif yang ada. Bagaimana bisa segampang itu masalah menghilang seiring kepala yang di dalamnya menyimpan pemikiran atas masalah tersebut menghilang?

'Sudah kamu pertimbangkan dengan baikkah, keputusanmu, teman?'suara dengan getaran yang tak lazim itu menghampiriku atau lebih tepatnya mendekati tabung kapsul miliknya yang menggelinding ke arahku. Crik, crik, ctak. Bunyinya begitu berhenti di ujung sok sepatuku.

Dan aku kebingungan ke arah mana harus menatap sebab pemilik suara tak lagi memiliki apa yang biasanya menempel di atas leher.

Selesai dituturkan oleh 8tanpakonsonan pada 3 Juni 2024, setelah mengendap sekian tahun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun