Melestarikan wayang sebagai warisan budaya dunia yang telah diakui UNESCO membutuhkan usaha bersama, baik dari seniman, masyarakat, maupun pemerintah. Pak Tejo berharap pemerintah lebih aktif dalam mempromosikan wayang, terutama dalam acara-acara resmi seperti peringatan hari besar nasional. "Wayang diakui sebagai warisan dunia tak berwujud, jadi kita semua, termasuk pemerintah, punya tanggung jawab untuk melestarikannya," tegas Pak Tejo.
Untuk menjaga regenerasi, Pak Tejo juga mendirikan sanggar "Sena Laras" di Cilacap, tempat anak-anak muda belajar mendalang. "Regenerasi dalang cukup baik. Banyak anak muda yang tertarik menjadi dalang, bahkan beberapa di antara mereka telah melanjutkan pendidikan seni di ISI Solo dan ISI Jogja," ujarnya dengan bangga.Â
Namun, beliau tetap khawatir dengan pergeseran nilai di kalangan penonton yang lebih fokus pada aspek hiburan semata, dan berharap bahwa wayang tetap dipandang sebagai seni yang sarat akan tuntunan moral dan edukasi.
Wawancara ini mengungkap betapa pentingnya wayang dalam kehidupan masyarakat Jawa, khususnya di Banyumas dan Cilacap. Meskipun dihadapkan dengan tantangan zaman, wayang tetap memiliki tempat sebagai media yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik.Â
Melalui program digitalisasi budaya oleh Kelompok 47 KKN UNS 2024, kami berharap tradisi wayang Banyumasan dapat terus lestari dan menjadi bagian dari warisan budaya yang dihargai oleh generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H