Mohon tunggu...
Ania Salsabila
Ania Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Just trying something new.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dari Bayangan ke Pentas, Melestarikan Wayang di Tengah Modernitas

22 Oktober 2024   15:42 Diperbarui: 22 Oktober 2024   17:20 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Lor Gunung lebih condong ke daerah Purwokerto, sementara Kidul Gunung berkembang di Cilacap dan sekitarnya," jelas Pak Tejo. Perbedaan utama di antara keduanya terletak pada penggunaan instrumen musik serta gaya penyampaian cerita, atau yang dikenal dengan istilah 'sanggit'. Sanggit adalah cara dalang mengolah alur cerita, yang bisa berupa alur maju, mundur, atau campuran, untuk menggambarkan berbagai peristiwa yang terjadi secara bersamaan dalam sebuah lakon.

Namun, Pak Tejo juga menekankan bahwa pengaruh Wayang Nusantara telah mengaburkan perbedaan regional yang dulu jelas. Kini, dalang dari Solo, Banyumas, atau Jogja sering kali menggabungkan elemen-elemen dari berbagai aliran, menciptakan sebuah perpaduan seni yang lebih universal. 

"Dulu, wayang dari Banyumas dan Solo bisa dibedakan, baik dari segi bentuk wayangnya maupun musik pengiringnya. Sekarang, semuanya bercampur menjadi satu. Banyak dalang Banyumas yang memakai elemen-elemen dari Solo, begitu pula sebaliknya," tuturnya.

Sejarah wayang Banyumasan di Cilacap sendiri tidak lepas dari pengaruh tokoh-tokoh besar seperti Nyai Panjang Emas yang membawa tradisi ini ke daerah tersebut. Dari situ, tradisi wayang berkembang dan mengalami adaptasi dengan budaya lokal hingga menjadi warisan budaya yang unik.

Wayang sebagai Media Pendidikan dan Hiburan

Bagi Pak Tejo, wayang bukan hanya sekadar media hiburan, tetapi juga alat pendidikan. Beliau selalu menyisipkan pesan moral dan agama dalam setiap pertunjukannya. "Saya ingin orang yang menonton wayang tidak hanya pulang dengan rasa puas karena hiburannya, tetapi juga membawa pesan kebaikan. Saya seringkali menyisipkan nilai-nilai agama dan kehidupan dalam setiap lakon yang saya bawakan," ungkapnya.

Hal ini sejalan dengan fungsi wayang yang sejak zaman Sunan Kalijaga digunakan sebagai media dakwah dan penyebaran ajaran Islam di Jawa. Dalam banyak lakon wayang, meskipun menceritakan kisah dari epos India seperti Mahabharata dan Ramayana, narasi dan simbol-simbolnya telah disesuaikan dengan nilai-nilai lokal, baik dari segi agama maupun budaya.


Tantangan di Era Modern: Melestarikan Wayang di Tengah Teknologi

Di era digital ini, wayang menghadapi tantangan yang cukup besar. Salah satunya adalah pergeseran minat masyarakat yang lebih tertarik pada aspek hiburan daripada nilai filosofis dari wayang itu sendiri. 

Pak Tejo mencatat adanya perubahan orientasi penonton yang kini lebih tertarik pada sinden atau tarian, dibandingkan dengan cerita yang dibawakan oleh dalang. "Banyak penonton yang sekarang lebih fokus pada nyawer atau berjoget dengan sinden daripada memperhatikan cerita yang sedang berlangsung. Ini membuat esensi dari wayang sebagai media pendidikan dan tuntunan mulai terkikis," katanya.

Selain itu, teknologi seperti live streaming dan media sosial juga mengubah cara seni perwayangan disampaikan. Meskipun teknologi ini membantu memperluas jangkauan wayang, 

Pak Tejo menyadari bahwa dalang kini harus lebih kreatif untuk tetap menarik minat penonton. "Dengan adanya internet, orang bisa menonton pertunjukan wayang dari mana saja, jadi dalang harus lebih inovatif dalam menyajikan pertunjukan agar tetap relevan," ujarnya.

Pak Tejo juga berharap bahwa teknologi seperti Artificial Intelligence (AI) suatu saat bisa dimanfaatkan untuk mendukung seni perwayangan. Misalnya, dengan menggunakan teknologi AI, suara dalang bisa diubah sesuai dengan gaya dalang-dalang legendaris. "Saya menunggu teknologi yang memungkinkan kita mengolah suara dalang sehingga bisa meniru dalang idola. Ini akan sangat membantu dalam mempertahankan gaya dan karakteristik wayang di masa mendatang," tambahnya.


Harapan dan Masa Depan Wayang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun