Mohon tunggu...
Ani Juwita
Ani Juwita Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMAN 1 Panarukan

Perubahan kecil dalam kelas merupakan awal dari perubahan besar dunia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

'Runtuhnya Kota Pelabuhan Panarukan' Sebagai Penjelasan Konsep Perubahan dan Keberlanjutan Pada Pembelajaran Sejarah

29 November 2024   07:41 Diperbarui: 29 November 2024   07:41 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konsep perubahan dan keberlanjutan dalam sejarah merupakan salah satu konsep terpenting sejarah selain konsep ruang dan waktu. Sejarah sebagai ilmu memiliki aspek perkembangan, keberlanjutan/berkesinambungan, pengulangan dan perubahan. Menurut Kuntowijoyo (1999) perubahan terjadi bila masyarakat mengalami pergeseran atau perkembangan, yang diasumsikan sebagai perkembangan besar-besaran dan dalam waktu yang relatif singkat. Sedangkan berkesinambungan terjadi bila masyarakat baru mengadopsi lembaga-lembaga lama. Dengan memahami konsep-konsep sejarah tersebut harusnya dapat memupuk kebiasaan berpikir secara kontekstual sesuai ruang dan waktu dimana peristiwa itu terjadi. Mempelajari sejarah kita tidak akan mudah terjebak pada opini karena terbiasa berpikir kritis, analitis dan rasional serta didukung oleh fakta (Madjid dan Wahyudi, 2014).

Namun, selama ini pembelajaran sejarah identik dengan hafalan materi sehingga siswa akan merasa bosan. Namun saat ini mulai berkembang konsep berfikir sejarah yang bertujuan untuk mengasah kemampuan berpikir kritis siswa.[AJ1] Dengan diterapkannya "Kurikulum 2013" yang baru, pendidikan sejarah dituntut untuk melakukan pembaruan dalam pengajaran di sekolah, termasuk memperbaharui cara pandang tentang konsep sejarah, content (isi atau bahan ajar sejarah), metode mengajar, dan bahkan juga penilaian (assessement) dalam pembelajaran sejarah. Konsep berfikir sejarah dalam hal ini merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan semangat berfikir kritis dalam sejarah, sehingga pembelajaran sejarah semakin dekat dengan semangat ilmiah.

Guru lah yang memainkan peran penting dalam memanfaatkan dan melembagakan perubahan yang mendorong pertumbuhan kognitif dan intelektual siswa. Pembelajaran sejarah harus mengembangkan kemampuan berpikir sejarah yaitu membangun kesadaran akan waktu, pemahaman terhadap peristiwa sejarah, berpikir kritis terhadap sumber dan sebagainya.  Keterampilan berpikir sejarah dalam pembelajaran diharapkan melatih siswa lebih kritis dalam menjawab berbagai permasalahan dalam proses pembelajaran bahkan kehidupan sehari-hari.

Keterampilan berpikir sejarah dapat kita artikan sebagai sejumlah langkah atau proses ilmiah dalam belajar sejarah. keterampilan berpikir sejarah merupakan langkah-langkah sistematik yang harus diterapkan agar suatu masalah ah dapat dipecahkan dalam rangka menghasilkan produk sejarah. Ada lima komponen utama dalam berfikir sejarah (Ofianto dan Zahra, 2021). Dalam literatur berbahasa Inggris disebut "The Five C's" (Lima "C"), karena semuanya berawal dengan huruf "C", yaitu, "C1" = Change over time ; C2 = Causlity; C3 = Context; C4 = Complexity; C5 = Contingency. Kelima konsep ini merupakan bagian integral dalam konsep dasar berfikir sejarah.

Menurut pendapat Zed terdapat tiga model berpikir sejarah yaitu aductif, historical mindedness dan Zeitgeit yang kemudian dimengerti dengan arti yang sama yaitu standar berpikir sejarah "aduktif" atau berorientasi kepada masalah (problem oriented) dan thinking of time yang keduanya sebagai satu kesatuan yang bersifat interaktif dan saling mendukung satu sama lain. Adapun standar berpikir kesejarahan terdiri dari empat (4) yaitu : 1) Kesadaran tentang waktu (sense of time/ Cronological thinking). Kemampuan dalam mengkajian sejarah yang tidak terlepas dari kerangka waktu, sehingga jika menghilangkan krangka waktu berarti menghilangkan ciri esensial dari kajian sejarah; 2) Kesadaran tentang sifat kontinum (keberlanjutan). Peristiwa sejarah tidak terlepas dari kerangka waktu akibatnya konsep kontinum dan diskontinum sangat penting karena perubahan tidak dapat dipahami tanpa konsep kontinuitas: 3) Kemampuan (abilty) untuk menangkap dan menerangkan perubahanperubahan penting yang bermakna adanya ketercakupan sejarah (historical copherhension). Kemampuan untuk menangkap gejala sejarah melalui berbagai bentuk dimensi peristiwa sejarah yang bersifat tetap maupun yang berubah. Kemampuan untuk merekonstruksi peristiwa sejarah yang berasal dari fakta dan untuk menjelaskan atau menginterpretasikan fakta, karena fakta tidak bisa menjelaskan sendiri gejala sejarah (self explanation) (Zed, 2018).

Guru melatih ketrampilan berfikir sejarah pada siswa membutuhkan contoh konkrit yang berkaitan dengan kehidupan di sekitar siswa. Salah satu nya adalah pemahaman sejarah lokal. Sejarah local memiliki peranan yang sangat penting dalam menumbuhkan karakter siswa. Arus globalisasi dan masuknya budaya asing semakin lama mengikis rasa cinta dan bangga sebagai bangsa Indonesia.  Pendidikan sendiri selama ini lebih banyak berorientasi pada hasil tingginya nilai hasil belajar atau prestasi. Posisi sejarah local diharapkan dapat menumbuhkan karakter rasa cinta tanah air pada siswa. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran sejarah dengan mengintegrasikan sejarah lokal didalamnya. Tujuan penerapan sejarah lokal dalam pembelajaran sejarah di sekolah adalah (1) bahan  belajar akan lebih mudah diserap peserta didik, (2) sumber belajar di daerah dapat lebih mudah dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan, (3) peserta didik lebih mengenal kondisi lingkungan, (4) peserta didik dapat meningkatkan pengetahuan mengenai daerahnya, (5) peserta didik dapat menolong diri dan orang tuanya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, (6) peserta didik dapat menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan  yang dipelajarinya untuk memecahkan masalah yang ditemukan di sekitarnya, (7) peserta didik menjadi akrab dengan lingkungannya, dan peserta didik makin kreatif, inovatif, patriotik, dan cinta tanah air (Widja, 1991).

Pada tingkat lebih kecil atau lokal bebrapa daerah memiliki sejarah dan perkembangan sendiri, salah satunya adalah Kecamatan Panarukan. Panarukan secara administrasi bagian dari Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur. Dari aspek sosio-kultural, adalah daerah yang bersuku Madura. Karena itu, Kecamatan sebagai bagian dari bangsa Indonesia memiliki sejumlah keunikan sosial budaya. Kekhasan wilayah sangat tampak dari segi historis, geografis, dan demografi. Hal inilah kemudian membentuk sebuah sejarah kota yang unik dan dapat menumbuhkan rasa kebanggaan dan rasa cinta tanah air.

Tulisan ini menyajikan bagaimana menganalisis konsep perubahan dan berkelanjutan secara faktual kepada siswa. Konsep perubahan dan berkelanjutan dicontohkan melalui sejarah lokal yaitu Runtuhnya Pelabuhan Panarukan. Tulisan ini juga mencontohkan metode metode historical inquiry dalam proses pembelajaran "Runtuhnya Kota Pelabuhan Panarukan" sebagai penjelasan konsep perubahan dan keberlanjutan.

METODE

Metode kepustakaan merupakan suatu jenis penelitian yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data secara mendalam melalui berbagai literatur, buku, catatan, majalah, referensi lainnya, serta hasil penelitian sebelumnya yang relevan. Metode kepustakaan  untuk mendapatkan jawaban dan landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti. Metode kepustakaan bertujuan untuk memperdalam teoritis atau mempertajam metodologi (Zed:1999)

PEMBAHASAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun