"Tapi apakah istrimu bahagia? Apakah anak-anak dapat kasih sayang yang melimpah? Bunda lihat, Fatma bukan type istri yang banyak nuntut. Bahkan tas mewah dan perhiasan mahal yang kamu belikan jarang dia pake. Bunda pernah tanya, alasan yang Fatma katakan, karena tidak terlalu menyukai barang-barang mewah. Jadi yang istrimu butuhkan adalah perhatian, pengertian dan juga meluangkan waktu bersama disaat ada waktu. Tidak semua istri butuh disogok dengan barang-barang mahal atau diberi tiket keliling dunia. Karena ada hal yang lebih membahagiakan dari itu, tapi tidak banyak kaum laki-laki  memahami.
Bulan lalu Abang seminggu pergi ke Maldives, apakah istrimu cerita jika Ghazi harus dirawat dirumah sakit? Betapa kacaunya dia, menghadapi semuanya sendirian disaat kamu bisa bersenang-senang. Kenapa abang tidak menghabiskan waktu bersama Fatma. Baik itu untuk traveling, atau sekedar makan diluat dengan light candle dinner. Bahagianya istri itu sangat sederhana, Bang. Dan itu yang belum bisa Abang berikan pada Fatma. Jadi jangan terus salahkan istrimu, ketika
dia memilih pergi untuk menjemput kebahagiannya sendiri."
Degg...kata-kata terakhir Bunda, bikin hatinya mendadak sakit. Apakah Fatma akan pergi dari hidupnya? Karena jujur Faris belum siap kehilangan. Ia masih cinta pada istrinya, meski akhir-akhir ini keberadaan istrinya sering terabaikan karena kesibukan.
"Cari istrimu, Bang. Bawa pulang dia kerumah. Minta maaf kamu sama dia. Bunda lihat kamu lebih salah dibandingkan istrimu. Jangan sampai nasibmu sama seperti Masmu, harus berujung dengan penceraian karena alasan kesibukan."
"Apakah Fatma  kembali ke rumah orang tuanya?" tanya Faris dengan raut wajah suram. Terbayang dia harus bertemu dengan mertuanya yang galak.
"Bunda nggak tahu, tapi yang jelas Fatma nggak pernah kabur kerumah orang tuanya. Dia tidak pernah ingin  orang tuanya tahu masalah yang terjadi diantara kalian."
"Baiklah Bun, Abang pulang dulu." ujarnya dengan langkah gontai. Bingung harus mencari Fatma kemana. Dan inilah salahnya sebagai suami, tidak pernah mencoba mencari tahu, siapa teman-teman akrab istrinya. Setelah menikah istrinya benar-benar full wife, dengan sibuk ikut kursus masak, kursus bikin kue, kursus jahit, belajar menyulam, berkebun dan belajar segala tetek bengek pekerjaan perempuan. Dan ketika jadi Ibu, Fatma benar-benad jadi Full time mother. Meski adakalanya menghadapi rasa jenuh karena kehilangan me time.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H