Mohon tunggu...
Politik

PDIP Sudah Tahu Ahok di Atas Kertas Akan Kalah di Pilgub DKI

20 Februari 2017   07:42 Diperbarui: 20 Februari 2017   08:55 1046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada artikel tanggal 16 Februari lalu saya sudah membuat prediksi sederhana Putaran Kedua Pilgub DKI dimana saya katakan kemungkinan besar  dari 4 Partai pendukung AHY, Demokrat dan PAN dipastikan akan mendukung Paslon Nomor urut 3 Anies Baswedan di Putaran Kedua.  Sementara untuk PKB dan PPP dalam hitungan saya masih Fifty-fifty.

Dengan kondisi itu peluang angka perolehan secara sederhana adalah Ahok 48% : Anies 52%.

Analisa saya itu sebenarnya sederhana karena berdasarkan pengamatan saya dalam Putaran Pertama pihak Demokrat (SBY) sudah diserang habis-habisan oleh PDIP baik serangan langsung ke AHY hingga serangan pribadi ke SBY. Untuk itu rasanya sangat tidak mungkin Demokrat akan mendukung PDIP.

Begitu juga dengan PAN. Amien Rais sebagai sosok paling berpengaruh di PAN sudah lama tidak suka dengan Ahok.  Hal itu akan membuat  PAN sangat kecil kemungkinannya bisa berkoalisi dengan PDIP dalam Pilgub DKI.

Analisa itu terbukti dalam 2 hari terakhir.  Pihak Demokrat yang berkali-kali didesak berbagai media untuk memberikan sedikit bocoran tentang kira-kira siapa yang akan didukung untuk Putaran Kedua mereka tidak mau menjawabnya.  Tapi akhirnya Ketua DPP Roy Suryo hanya mengatakan tidak perlu menyebut namanya, lihat saja baju yang dipakainya.

Saat itu Roy Suryo mengenakan baju warna putih dibungkus jas berwarna biru tua.  Jadi isyarat Roy Suryo sebenarnya tersirat jelas Anies Baswedan yang akan didukung Demokrat.

Begitu juga dengan PAN. Meskipun PDIP sudah berkali-kali mendesak PAN, PKB dan PPP untuk mendukung Ahok, bahkan secara terang-terangan Ketua DPP Trimedya Panjaitan mengatakan Partai Pendukung Pemerintah  seharusnya mendukung Ahok, tetapi PAN dengan secara halus sudah menolaknya.

Yandri Susanto, Ketua DPP mengatakan sangat banyak Konstituennya di daerah yang mengirim SMS agar kalau bisa PAN DKI tidak mendukung Ahok. Oleh karena itu PAN sulit menerima permintaan PDIP. PAN akan kehilangan suara Konstituennya di Pileg dan Pilpres 2019 ataupun di Pilkada 2018. Begitulah alasan PAN menolak untuk mendukung Ahok.

ARAH DUKUNGAN PKB DAN PPP MULAI NAMPAK

Meskipun pada tanggal 16 Februari lalu saya katakan peluang PKB dan PPP masih fifty-fifty untuk mendukung Ahok dengan perhitungan mereka partai pemerintah dan cukup dekat dengan PDIP, tetapi saya juga mengatakan mereka sebagai Partai berplatform Islam akan mendapatkan resistensi dari konstituennya yang sudah tidak suka Ahok gara-gara Al-Maidah dan serangan Ahok ke KH Ma’ruf Amin.

Akhirnya kemarin sudah mulai Nampak bahwa PKB dan PPP kemungkinan besar juga akan mendukung Anies-Sandi. Secara resmi DPC PKB Jakarta Barat dan Jakarta Utara sudah mengumumkan dukungannya ke Anies.  DPC Jakarta Timur dan Selatan kemungkinan besar akan menyusul karena lumbung suara Anies memang ada di Jakarta Timur dan Selatan.

PPP juga secara lisan sudah  mengatakan pada Timses Anies-Sandi bahwa mereka akan mendukung Anies dengan syarat bila Anies menjadi Gubernur DKI harus menyediakan RTH (Ruang Terbuka Hijau) sebesar 20% dari wilayah DKI. Syarat inipun langsung diterima Timses Anies dan dinyatakan secara resmi oleh Mardani Ali Sera (PKS).

Jadi kesimpulannya untuk saat ini adalah Demokrat dan PAN sudah sangat clear mendukung Anies Baswedan-Sandiaga Uno sementara PKB dan PPP sedang dalam progress.

Hal ini dipastikan sudah diketahui PDIP sebagai Partai Pengusung utama pasangan AhoK-Djarot. Tinggal bagaimana mereka merencanakan strategi yang lebih baik lagi untuk memenangkan Ahok.

Bila PKB dan PPP sudah resmi dukung Anies, diatas kertas peta kekuatan Ahok vs Anies kurang lebih menggambarkan pertarungan antara :Koalisi (PDIP-Golkar-Nasdem-Hanura) melawan Koalisi (Gerindra-PKS-Demokrat-PKB-PPP).  Prosentase Kekuatan adalah 49%:51%. Kurang lebih seperti itu.

Kondisi ini akan sangat berat untuk PDIP. Bahkan saya pernah memprediksi pada tanggal 10 Februari lalu dalam artikel yang berjudul “Bisa Jadi Tanggal 15 Februari akan Menjadi Neraka Buat PDIP”.

Dalam artikel itu, berdasarkan Hasil Survey Elektabilitas  Ahok dan Rano Karno dan berdasarkan analisa pribadi ,saya  katakan ada peluang terjadinya  kekalahan frontal  yang akan diderita PDIP pada  Pilgub Banten dan Pilgub DKI dimana dalam kedua Pilgub itu masing-masing Petahana berasal dari PDIP.

Analisa saya itu untuk  akhirnya memang terbukti untuk Pilgub Banten. Hasil real count final KPU Banten Jumat lalu Petahana Rano Karno mengalami kekalahan telak dari Wahidin dengan selisih angka suara 1,5%. (sekitar 80 ribu suara). Angka yang akan sulit bila Rano menggugat  ke MK.

Kembali lagi ke Pilgub DKI, mari kita tunggu saja strategi  apa kira-kira yang akan dijalankan Timses Ahok-Djarot untuk menyikapi peta politik terakhir ini.

Sebenarnya juga, untuk Pilgub DKI 2017 ini memang  terlihat ada suatu kondisi yang sungguh memprihatinkan bagi PDIP. Sejak awal dimulai  partai penguasa ini  sudah babak belur dalam mendukung Ahok.

Mereka harus berkelahi dengan  para ABG (LSM dadakan Teman Ahok), harus bertempur dengan FPI dan harus agresif menyerang AHY/SBY.  Belum lagi mereka harus pakai “cara kasar” lewat mendagri untuk mengaktifkan kembali Ahok sebagai Gubernur (Terdakwa) DKI.

Cara apa lagi yang akan dipakai PDIP ya? Hehehehe.

Begicuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun