Mohon tunggu...
Travel Story Pilihan

Bukan Sekedar Raja Ampat dan Freeport, Papua adalah Masa Depan Indonesia

31 Desember 2016   16:31 Diperbarui: 31 Desember 2016   17:03 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi secara logika memang saudara-saudara kita di pedalaman Papua itu memang benar-benar terisolir dari peradaban dunia. Itulah yang membuat mereka sangat tertinggal kemajuan dunia.  

Disisi lain ,sangat menyenangkan ketika berkenalan dengan orang Wamena dan mengenal adat istiadatnya yang unik.  Mereka sangat ramah, polos dan jujur.  Rumah Honai, Bakar Batu (Adat Makan Bersama), Mumi dan Pikon merupakan memory yang indah buat saya. Orang Wamena meskipun minim pendidikannya (Sekolah masih langka disana) tetapi bila diajak berkomunikasi sangat responsif. Salah sekali kalau ada anggapan bahwa minimnya pendidikan identic dengan kualitas intelegensi seseorang.

Bagi kaum Traveler,  saya sarankan coba saja berkunjung kesana dan nikmati betapa naturalnya alam Lembah Baliem yang dingin itu. Saya jamin pasti akan melongo-longo menyaksikan keindahan alam disana. Hehehe.

Yang Kedua, Banyak Orang yang Belum Mengetahui Sama Sekali tentang Kekayaan Laut Papua

Lebih 5 tahun saya tinggal di Jayapura membuat saya cukup akrab dengan Pantai-pantai Papua. Jayapura, Biak, Serui, dan Manokwari adalah kota-kota pantai yang berhadapan langsung dengan Samudra Fasifik.  Tinggal di Jayapura, berkunjung ke kota-kota pantai membuat saya mengenal orang Papua Pantai dengan baik.

Sama dengan orang Wamena, orang-orang Pantai (Biak ,Serui, Sorong dan lainya) umumnya  orang-orang yang sangat ramah dan bersahabat.  Mereka sangat Jujur bila berdagang. Tidak pernah sekalipun ada yang curang dalam berbisnis.  Mungkin karena mereka taat ke Gereja sehingga moralitas mereka memang terjaga.

Kebetulan saya suka memancing sehingga akhirnya saya bergaul dengan Nelayan-nelayan asal Biak dan Serui. Waktu itu sering saya bersama teman-teman menyewa perahu mereka untuk memancing di pesisir pantai kabupaten Jayapura. Mereka menyebut Perahu motor itu dengan sebutan Johnson.

Disinilah kemudian saya menemukan “Surga Dunia”.  Sungguh sulit untuk menggambarkan  betapa alaminya dan betapa indahnya pantai-pantai pesisir Papua yang berhadapan dengan samudra Pasifik. 

Berikutnya yang membuat saya selalu terkenang-kenang dan selalu menitikan air liur ketika bercerita  adalah merasakan betapa  nikmatnya gurihnya dan manisnya  ikan-ikan segar yang ada di pantai Papua.

Sangat segar dan sangat gurih sekali. Tidak pernah saya temui rasa ikan seperti itu di tempat lain. Mungkin karena pantai-pantainya yang begitu bersih dan  jauh dari polusi yang membuatnya seperti itu.

Di beberapa tempat di Pesisir Pantai Kabupaten Jayapura (mereka menyebutnya Pasir 5, Pasir 6 dan seterusnya hingga Kecamatan Sarmi), kami berhasil menemukan lumbung-lumbung ikan. Sungguh tidak bisa digambarkan betapa menyenangkannya memancing di lumbung ikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun