Mohon tunggu...
Ahmad ThobiinMaarif
Ahmad ThobiinMaarif Mohon Tunggu... Mahasiswa - sekolah

internet,gamer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hadirnya Hanya Sebatas Angan

15 Maret 2023   17:44 Diperbarui: 15 Maret 2023   17:45 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

HADIRNYA HANYA SEBATAS ANGAN DAN HARAPAN

Sengatan sinar mentari yang semakin memanas, keringat tak henti-hentinya mengalir deras dikulit. Langkah kaki yang semakin cepat hingga hampir berlari, aku berteriak sekencang mungkin untuk bisa menghentikan pak satpam yang hampir menutup gerbang sekolah.

"Tunggu dulu paaak!".

Dengan nafas yang terengah-engah akhirnya aku bisa mengentikan pak satpam.

"jangan ditutup dulu pak! aku mau masuk, lagian juga telat beberapa detik doang"

Dengan senjata wajah memelasku, pak satpam akhirnya luluh dan membuka gerbangnya.

"Ya sudah kalo telat lagi, gak bakalan bapak bukain gerbangnya"

"Makasih pak"

Dengan wajah yang cemas, aku langsung berlari karena khawatir telat masuk kelas.

Sesampainya disana, betapa terkrjutnya aku ketika melihat semuanya sedang bersih-bersih kelas.

"Ya ampun aku lupa kalau hari ini jadwalnya bersih-bersih kelas, tau gini mah tadi gak usah lari-lari"

Dari arah belakang terdengar suara lantang Novi memanggilku.

"Agata, kebiasaan deh telat terus, tuh liat yang lain lagi bersih-bersih, kamu malah baru dateng"

Novi adalah teman sebangku denganku, suaranya yang lantang memiliki ciri khas tersendiri.

"Aduh kenapa sih Nov, dateng-dateng udah ngomel aja, udah ah aku cape mau tiduran aja dibangku". Jawabku sambil ngeloyor pergi ninggalin novi.

Langsung kusandarkan kepalaku diatas meja bangku, saat mataku hampir terpejam, tiba-tiba terdengar suara yang merdu nan elok memanggilku.

"ta, nih air, aku tau kamu pasti cape, tadi aku liat kamu lari-lari"

Dengan jantung yang hampir berhenti berdetak, tertangkap dari bola mataku sosok yang selalu bisa membuatku salah tingkah.

"Eh kak Rifan, eh emph, a-ada apa ya kak?"

"Nih aku bawa air buat kamu, tadi aku liat kamu kayaknya kecapean banget, udah nih minum cepet!"

Rifan adalah kakak kelasku, dia sosok yang luar biasa dimataku, selain wajahnya yang manis, dia juga berprestasi di bidang akademis.

"Ta, kok malah bengong sih?"

"Eh iya kak maaf, oh iya makasih ya buat minumannya" Jawabku sambil senyum-senyum gak jelas.

Rifan langsung pergi setelah memberikan airnya. Tidak lama kemudian guru masuk kelas dan pelajaranpun berlangsung. Saat itu Novi sedang sibuk menulis tapi aku selalu mengajaknya mengobrol.

"Nov kira-kira tipe cewek kak Rifan seperti apa yah?"

"Aduh Ta kamu serius mau deketin kak rifan, sainganmu banyak loh". Saut Novi

"Gak ada salahnya berharap kan?, siapa tau kak Rifan suka sama aku juga". Ceplosku sambil tertawa.

Bel istirahat berbunyi menunjukan sudah waktunya istirahat, semua siswa keluar menuju kantin untuk makan. Saat itu aku dan Novi berjalan menuju kantin, tiba-tiba kedua mataku langsung tertuju ke arah Rifan yang sedang duduk sambil memakan baksonya. Dengan cepat aku langsung menghampiri Rifan dan tidak memperdulikan Novi yang saat itu sedang disampingku.

"Tuh anak kalo udah ketemu kak Rifan gak mikirin temennya sama sekali" Celoteh Novi.

Aku langsung duduk disamping Rifan.

"Kak Rifan lagi makan bakso yah?".

"Eh Agata, iya nih lagi makan bakso, kamu mau bakso juga?".

"Gak usah kak, aku liatin kak Rifan makan aja udah kenyang kok".

"Ada-ada saja kamu ta" Jawab Rifan sambil menggelengkan kepala melihat kelakuan Agata yang lucu.

"Kok kak Rifan gak minum?, biar aku pesenin minuman yah buat kakak".

"Eh gak usah Ta, biar aku pesen sendiri aja".

"Udah gak papa kak".

Tiba-tiba seorang murid perempuan berdiri di hadapan kami dengan wajah yang kesal dan marah.

"Heh ngapain kamu deket-deket sama rifan?, sok perhatian segala, kamu gak tau kalo Rifan itu cowo aku?"

"Cowok kakak?, oh jadi kakak ini pacarnya kak Rifan yah?".

"Iya emang kenapa?" Jawabnya dengan nada yang ketus.

"Gak papa kak, ya udah kak rifan aku mau ke kelas dulu".

"Iya Ta hati-hati yah"

Aku segera beranjak dari kursi dan langsung pergi menuju kelas. Sambil berjalan tak terasa bulir-bulir air mata keluar menetes diwajah. Saat berjalan tiba-tiba Novi menghentikan langkahku.

"loh Ta kamu nangis yah? Kenapa, apa yang terjadi?"

Tanpa sepatah katapun aku langsung pergi meninggalkan Novi yang sedang kebingungan.

Tidak tau kenapa rasanya menyakitkan mendengar kalimat yang dilontarkan saat dikantin tadi.

Rasanya seperti terkena ribuan jarum yang ditanacpkan keseluruh tubuh . Air mata mengalir deras dengan sendirinya. Tiba-tiba Novi datang dan langsung duduk disampingku, saat itu kelas masih sepi, hanya ada Novi dan aku disana.

"Ta apa yang terjadi? Kenapa kamu nangis?"

"Gak tau kenapa aku merasa sakit, aku juga tidak tau,ini rasa sakit karena apa, Aku juga tidak tau apa yang sebenarnya terjadi padauk" sautku dengan air mata yang tak mau berhenti mengalir.

"Udah dong Ta jangan nangis lagi yah, Aku juga ikutan sedih kalau lihat kamu begini Ta"

Kemudian dari arah pintu kelas, Rifan datang menghampiriku.

"Ta maaf yah tentang kejadian di kantin tadi, aku tau kamu pasti kaget, maaf Ta aku sebelumnya tidak kasih tau tentang hubunganku sama Cika, karena aku gak mau liat kamu begini".

"Iya kak gak papa, aku ngerti kok" Jawabku sambil mengusap wajah yang penuh dengan air mata.

"Aku tau kamu pasti sakit, aku tau kalo  kamu suka sama aku, makanya aku gak mau kamu tau tentang hubunganku sama Cika, asal kamu tau ta, kamu udah aku anggap seperti adik perempuanku sendiri".

"Gak ada yang salah dan gak ada yang harus dimaafkan kak" Jawabku dengan senyum yang sengaja kubuat untuk menutupi wajah sedihku.

"Jadi kita masih temenan kan ta?" Tanya Rifan dengan cepat.

"Masih kak, tenang aja".

"Makasih yah ta". Jawab Rifan dengan wajah yang senang".

Datang dan pergi adalah sebagian dari perjalanan hidup, tidak ada yang tau kapan waktu itu akan terjadi. Berharap itu boleh, tapi jangan terlalu berambisi untuk memiliki, karena kita tidak tau mana yang akan kita rasakan, antara mendapatkan atau mengikhlaskan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun