“ Eh, bu.. bukan begitu kek. Hanya untuk diriku saja, eh. Jangan tersinggung dong kek. “ Kuku tergagap.
“ Ha ha ha, kamu kira semudah itu aku tersinggung? “ Keong tua tertawa. “ Sudahlah, kamu batalkan saja perlombaan itu. Berlari bukanlah pekerjaan kura-kura. “
“ Tapi kek, nanti aku dituduh pengecut..! ”
“ Justru dengan menerima tantangan berlomba lari itulah kamu jadi pengecut..! “ kata Si keong tua. “ Aku sungguh heran dengan generasi zaman sekarang. Rata-rata sama saja. Sama-sama takut menjadi diri sendiri. Tidak siap menghadapi kenyataan. Lambat menjadi dewasa. Sampai tua masih saja mencari jati diri “ sambungnya dengan suara geram.
“ Ja.. jadi saya harus bagaimana kek? “ Tanya Kuku takut-takut.
“ Kamu tidak perlu minder karena kelinci bisa berlari lebih cepat. Kamu tidak perlu meladeni tantangan lomba lari, karena kamu diciptakan bukan sebagai pelari. Kamu hanya perlu percaya diri sebagai kura-kura. Jadilah kura-kura yang sungguh-sungguh kura-kura. Tidak perlu meniru-niru makhluk lain. Seperti halnya harimau tidak perlu belajar menggonggong. Kamu tidak perlu latihan berlari. Kecepatan kura-kura ya seperti kamu itu. Tapi meskipun lambat, kamu adalah makhluk yang berumur panjang. Disitulah keunikan dirimu yang patut kau syukuri. Masing-masing makhluk memiliki keunikan tersendiri. Maka jadilah dirimu sendiri. “ nasehat Si keong tua.
Wajah si kuku berubah menjadi cerah. Mendung yang tadi sempat menggelayutinya sirna disinari cahaya matahari kebijaksanaan yang dipancarkan Si keong tua.
“ Baiklah, aku akan menolak tantangan itu. “ kata Kuku sambil tersenyum riang.
*NB: Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community