Mohon tunggu...
Angin Sepoi
Angin Sepoi Mohon Tunggu... lainnya -

hanya kabar angin..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mengejar Pemimpin

17 Maret 2014   21:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:50 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“iya juga ya bang..”. akkal merenung.

“saya kasihan kalau mereka yg golput malah diolok2, diejek2. Ada yg bilang: kasihan sekali tidak bisa memilih satu diantara dua pilihan.. yg golput itu orang bodoh.. dst. Kampanye macam apa itu? ketika orang mulai berkampanye dg menampilkan kejelekan2 orang lain, saya khawatir kalau2 sebenarnya dia sudah tidak punya kebaikan lagi untuk ditampilkan. setau saya, kampanye yg benar adalah mengaktualisasikan kebaikan2 yg dimiliki kepada semua orang, bahkan terhadap saingan sekalipun. Atau mungkin saya yg terlalu berperasaan. Padahal sedang berhadapan dg manusia2 yg jiwanya kasar. eh, ini saya kasihan sama yg mengejek ya. sebab merekalah yg patut dikasihani..”. sambung buyung.

"jadi abang pendukung golput?". tanya akal.

"saya pendukung, ide baik, gagasan baik yg berasal dari kejernihan akal fikiran dan hati. memilih dg ilmu, golput juga dg ilmu. semua diawali dg mempelajari terlebih dahulu. saya mendukung pemilih ataupun yg tidak mau memilih, asalkan mereka benar2 sudah mempelajari keputusannya itu..".

“kalau misalnya abang yg kami usulkan jadi pemimpin gimana? He3..”. akkal menggoda.

Buyung menjawab, “saya belum mampu untuk menjamin jama'ah terdekat saya, yaitu anggota tubuh ini untuk benar2 menyembah hanya kepada ALLAH, meminta pertolongan hanya pada ALLAH. Maka saya tidak berani memjadi imam. Pemimpin sejati itu diangkat ALLAH, bukan oleh makhluk..”.

Akkal diam. Setengah membenarkan. Setengah lagi? Kalau mau jujur si akkal malah jadi curiga sama si buyung. jangan2 itu hanyalah alasan2 manis ketika dia diminta jadi imam. Hi3..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun