Mohon tunggu...
Angin Sepoi
Angin Sepoi Mohon Tunggu... lainnya -

hanya kabar angin..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mengejar Pemimpin

17 Maret 2014   21:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:50 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suatu sore yg indah dg awan mendung yg begulung2 di angkasa.  Buyung berkata sambil geleng2 kepala, sambil memandang iklan di koran, “ketika seorang berjanji bahwa dia benar2 menerapkan ajaran islam dalam kepemimpinannya, artinya dia berjanji bahwa dia yg akan bertanggung jawab atas kemerosotan akhlak masyarakat. dia juga yg harus bertanggung jawab jika masyarakatnya menolak diajak menuju kebaikan. sementara dia tidak mungkin memaksa orang untuk menjadi orang baik. karena perbuatan yg dilakukan terpaksa belum bisa dikatakan baik. Barangkali posisinya akan sama dg imam. dia harus berani menjamin jama'ah/penduduk negri yg dia pimpin dihadapan ALLAH bahwa masyarakat yg dia pimpin hanya akan menyembah kepada ALLAH, hanya akan meminta pertolongan kepada ALLAH.  Iyyaa kana’ budu wa iyyaa kanasta’iin.. wah pokoknya dia itu pastilah orang hebat..! ck ck ck.. bukan main..”.

“setiap orang waras yang tau bagaimana kepemimpinan akan dipertanggungjawabkan, tentu akan menolak menjadi pemimpin. mungkin..”. kata ahmad.

Upik bertanya, “hehe.. kita sedang tidak mengatakan kalau mereka yg ingin jadi pemimpin itu adalah tidak waras kan pak?”

“mungkin..”. jawab ahmad kalem.

Demikianlah percakapan sore itu. Percakapan yg terputus karena hujan lebat. Mereka langsung bubar, mencari tempat berteduh.

Menurut sunatullah yg berlaku di alam, pemimpin akan muncul dg sendirinya berdasarkan kualitas yg dia miliki. Jika dia berkualitas sebagai pemimpin, maka secara otomatis dialah yg akan maju sebagai pemimpin. Masalah kualitas untuk jadi pemimpin ini tidak bisa dimanipulasi dg cara apapun. Sebenarnya ini juga berlaku bagi manusia, dan itu sama sekali tidak berdasarkan pilihan suara terbanyak. Makanya saya tadi menyamakan pemimpin dg imam. Yg jadi imam tentulah yg paling bagus kualitas ibadahnya dari yg lain. yg di tuakan, yg bacaannya fasih. juga tanpa proses menawar2kan diri. Tidak dg usaha menarik simpati makmum. Malah biasanya akan saling mempersilahkan. Akhirnya nanti yg maju sebagai imam adalah yg benar2 tidak bisa menolak lagi. Beliau akan maju dg sukarela mengemban tugas yg berat itu.

Buyung jadi teringat katanya pada tolle dulu, "emas tetaplah emas le. Walaupun orang2 bersepakat bahwa dia itu bukan emas, dia tetaplah emas. Kau tahu kenapa? Karena dia menjadi emas bukan hasil dari kesepakatan manusia. Dia menjadi emas karena ALLAH menciptakannya sebagai emas. Lalu jangan hanya karena beberapa orang tak menganggap dia emas lantas emas jadi minder. Tidak bisa le, emas harus tahu nilai dirinya. Yg penting dia sudah berniat untuk mengabdi sebagai emas. Dia sudah berniat memberi manfaat kepada orang lain, itu sudah dicatat. Persoalan orang tidak mau mengambilnya, yg rugi kan mereka sendiri. Mereka saja yg belum mampu melihat dg benar..".

Eh, itu dulu si buyung mengatakan itu dalam rangka apa ya? Eh tak pentinglah itu. Yg jelas, tentu tidak harus saya katakan lagi bahwa seorang imam akan mengemban tanggung jawab besar. Dia bertanggung jawab atas dirinya dan makmumnya di hadapan ALLAH. Seorang imam tentu sudah paham dg siapa dia sedang berhadapan, tugas apa yg sedang ia kerjakan. Maka tak penting lagi baginya pencitraan yg bersifat duniawi. Dia sedang berhadapan dg YG MAHA MELIHAT. Seorang imam tidak hanya membawa kepentingan pribadinya saja ke hadapan ALLAH, tapi juga membawa kepentingan orang banyak. Makmumnya pun percaya dg imam tanpa harus dibujuk2, dirayu2 atau ditipu2. Teman2 tentu sudah tahu itu.

Dan tentu teman2 juga sudah tahu, bahwa kita harus paham perbedaan pemimpin dg penguasa. Pemimpin adalah jabatan untuk memimpin umat, bukan untuk menguasai umat. Seorang pemimpin adalah pemegang mandataris dari ALLAH untuk melayani segala kebutuhan umat. Maka seorang pemimpin bukanlah seorang yg tidak boleh dikritik jika melakukan kesalahan. Imam sholat kan boleh dikritik. Pemimpin yg menyadari itu tentu akan sering2 minta ma’af kepada rakyatnya jika ada pelayanannya yg kurang memuaskan. Kemudian akan memperbaiki kesalahannya itu. Tak perlulah si buyung banyak2 membahas ini.

Buyung hanya hendak menceritakan kembali sebuah cerita lama yg barangkali cocok dg hal ini. Yg sudah tahu cerita ini, pura2 tidak tahu saja ya. biar enak bacanya he3.. Begini ceritanya,  Seorang fakir bermohon kepada seorang sufi agar dia sudi menerangkan Nama Allah Yang Paling Agung, yaitu Nama Allah yang keseratus, karena manusia yang mengenal Nama Allah yang keseratus itu dapat membuat kejaiban-keajaiban serta mengubah perjalanan hidup dan sejarah. Tetapi tak seorang manusia pun dapat mengenal Nama itu sebelum ia menjadi patut untuk mengetahuinya.

Sang sufi berkata, “Sesuai tradisi, bermula sekali aku harus memberimu sebuah ujian untuk menilai kesanggupanmu. Pergilah engkau ke gerbang kota, tinggallah di sana hingga matahari terbenam, kemudian kembalilah kepadaku, dan ceritakan segala sesuatu yang telah engkau saksikan di sana.”

Dengan senang hati si fakir melakukan segala sesuatu yang diperintahkan sang sufi itu. Setelah matahari terbenam kembalilah ia kepada sang sufi yang bijaksana dan berkata, “Sebagaimana yang engkau suruh, aku telah menempatkan diriku di gerbang kota dalam keadaan yang penuh awas. Peristiwa yang paling mengesankan di sepanjang hari adalah mengenai seorang tua yang ingin masuk ke dalam kota sambil memikul kayu api yang sangat banyak. Penjaga gerbang mendesak agar ia membayar pajak sesuai dengan nilai barang yang dibawanya. Karena tidak mempunyai uang barang sesenpun, maka orang tua itu bermohon agar dia diijinkan menjual kayu apinya terlebih dahulu. Setelah menyadari bahwa orang tua itu tidak mempunyai sahabat dan tidak berdaya, maka penjaga gerbang memaksanya untuk menyerahkan semua kayu yang dibawanya. Kemudian kayu-kayu itu diambil oleh si penjaga gerbang untuk dirinya sendiri, sedang orang tua tersebut diusir pergi dengan pukulan-pukulan yang keras.

Sang sufi bertanya, “Bagaimanakah perasaanmu ketika menyaksikan peristiwa itu?”

Si fakir menjawab, “Semakin berkobarlah keinginanku untuk mengetahui Nama Allah Yang Paling Agung. Seandainya aku telah mengetahui Nama itu, niscaya bencana itu tidak akan menimpa si penebang kayu yang malang dan tak bersalah.”

Sang sufi berkata, “Wahai manusia yang ditakdirkan untuk mencapai Kebahagiaan! Aku sendiri mendapatkan Nama Allah Yang Keseratus dari Guruku setelah ia menguji keteguhan hatiku dan menentukan apakah aku seorang emosional yang menurutkan gejolak hati atau seorang pengabdi ummat manusia, dan setelah ia memaksaku untuk menghadapi berbagai pengalaman yang membuatku sanggup melihat pikiran-pikiran dan tingkahlakuku sendiri. Nama Allah Yang Keseratus adalah pengabdian seumur hidup kepada semua ummat manusia. Guruku itu tidak lain adalah penebang kayu yang telah engkau saksikan siang tadi di gerbang kota.”

Demikianlah ceritanya. Semoga dapat dipetik hikmahnya.

......

Malam itu. Sambil berdiang dekat api unggun, si akkal bertanya kepada si buyung sehubungan dg berita yg beredar di kota sebelah,

Akkal kemudian bertanya, “kira2 nanti yg menang siapa ya bang?”.

“saya membayangkan bahwa sebenarnya ini bukanlah ladang pertempuran yg harus dimenangkan. Manusia tidak perlu saling mengalahkan. Tak perlu saling mengungguli sesamanya. Hanya makhluk2 rendah yg merasa perlu melihat kekalahan dan kesengsaraan orang lain untuk dapat merasa unggul, agar dapat mensyukuri hidup. Saya lebih menganggap bahwa ini adalah sawah ladang milik bersama yg mesti digarap bersama untuk kepentingan bersama..”. jawab buyung.

Akkal kembali bertanya. “Lalu bagaimana dg mereka yg golput? Apakah mereka tidak ikut menggarap?”.

“jangan sebut mereka yg golput itu tidak ikut menggarap. Justru merekalah penggarap sejati. Mereka menyumbangkan keringat untuk membangun negri tanpa merasa perlu dicatat sebagai siapa2. Mereka murni mewakili dirinya sendiri, tidak mau menambah dosa orang lain dg kesalahan mereka. ketika kita memberikan kepercayaan kepada orang yg salah, berarti kita menjerumuskan orang itu untuk berbuat dosa. Mereka yg golput terdiri dari orang2 yg sudah lelah untuk percaya kepada pilihan2 mereka sendiri. takut kalau mereka salah pillih lagi. maka mereka memilih untuk berserah kepada ALLAH, apapun yg terjadi. Kalau misalnya para calon butuh dukungan mereka, mestinya ada usaha2 untuk kembali menumbuhkan kepercayaan diri mereka untuk ikut memilih lagi. Merangkul mereka dg kasih sayang, bukan malah diejek2..”. kata buyung.

“iya juga ya bang..”. akkal merenung.

“saya kasihan kalau mereka yg golput malah diolok2, diejek2. Ada yg bilang: kasihan sekali tidak bisa memilih satu diantara dua pilihan.. yg golput itu orang bodoh.. dst. Kampanye macam apa itu? ketika orang mulai berkampanye dg menampilkan kejelekan2 orang lain, saya khawatir kalau2 sebenarnya dia sudah tidak punya kebaikan lagi untuk ditampilkan. setau saya, kampanye yg benar adalah mengaktualisasikan kebaikan2 yg dimiliki kepada semua orang, bahkan terhadap saingan sekalipun. Atau mungkin saya yg terlalu berperasaan. Padahal sedang berhadapan dg manusia2 yg jiwanya kasar. eh, ini saya kasihan sama yg mengejek ya. sebab merekalah yg patut dikasihani..”. sambung buyung.

"jadi abang pendukung golput?". tanya akal.

"saya pendukung, ide baik, gagasan baik yg berasal dari kejernihan akal fikiran dan hati. memilih dg ilmu, golput juga dg ilmu. semua diawali dg mempelajari terlebih dahulu. saya mendukung pemilih ataupun yg tidak mau memilih, asalkan mereka benar2 sudah mempelajari keputusannya itu..".

“kalau misalnya abang yg kami usulkan jadi pemimpin gimana? He3..”. akkal menggoda.

Buyung menjawab, “saya belum mampu untuk menjamin jama'ah terdekat saya, yaitu anggota tubuh ini untuk benar2 menyembah hanya kepada ALLAH, meminta pertolongan hanya pada ALLAH. Maka saya tidak berani memjadi imam. Pemimpin sejati itu diangkat ALLAH, bukan oleh makhluk..”.

Akkal diam. Setengah membenarkan. Setengah lagi? Kalau mau jujur si akkal malah jadi curiga sama si buyung. jangan2 itu hanyalah alasan2 manis ketika dia diminta jadi imam. Hi3..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun