Mohon tunggu...
Ki Suki
Ki Suki Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Seorang yang suka menulis dan menggambar.

Hidup ini selalu indah saat kita bisa melihatnya dari sudut yang tepat, sayangnya seperti melihat sebuah kubus kita hanya mampu melihat paling banyak tiga sisi dari enam sisi yang ada.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan Berbaju Merah (2)

28 Mei 2018   20:49 Diperbarui: 28 Mei 2018   20:49 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Pertemuanku dengan Indah malam itu masih tidak bisa aku lupakan. Pertemuan yang tidak sengaja dan tidak lama, tetapi entah mengapa aku merasa pertemuan itu begitu berkesan. Mungkin karena aku merasa menemukan model yang tepat untuk proyekku atau aku menyukai Indah. Ah! Entahlah. Aku tidak bisa melupakannya.

Tok. Tok. Tok. Pintu diketuk orang.

"Silahkan masuk!" Kataku sambil tetap menatap komputerku yang sedari tadi belum aku hidupkan.

"Permisi pak. Ini ada tamu."

Aku lihat Indah berdiri di depan pintu yang terbuka. Dia memakai baju merah. Anggun, cantik dan membuatku tidak bisa percaya dengan apa yang kulihat di depanku.

"Boleh aku masuk?"

"Ooo silahkan... silahkan..." Terbata aku menjawabnya. Ah! Kenapa aku gugup begini. 

"Silahkan duduk." Aku memberikan kursi yang dari tadi kosong. Posisinya bisa berhadapan dengan tempatku duduk tanpa harus terhalang layar komputer.

Kupandangi wajah Indah tanpa kata-kata. Entah kemana perginya kata-kata itu. Indah juga diam. Kami terbisu.

"Ohya, Indah mau kan jadi modelku? Aku butuh model. Ini konsepnya." 

Aku mencoba memecah keheningan yang membuatku gelisah. Kuberikan catatan konsep yang sudah aku buat. Indah menerima dan membacanya. Ah! Perempuan ini memang cantik dan cocok dengan konsep ceritaku.

"Aku tidak pintar jadi model, mas Bayu. Tapi gak apa-apa, aku butuh uang."

"Tidak apa-apa. Kita coba dulu. Ok?"

Indah mengangguk.

"Kita mulai sekarang?" Tanyaku pada Indah. Baju yang dikenakan Indah, sudah cukup untuk menghasilkan foto yang aku inginkan.

Indah mengangguk.

--------

Akhirnya aku mendapatkan apa yang aku cari. Proyekku akan berhasil kali ini. Wah! Namun di balik itu aku mendapatkan sesorang yang bisa mengisi kekosongan hatiku. Hari demi hari, aku semakin dekat dengan Indah. Aku selalu memintanya untuk memakai baju merah, yang membuatnya terlihat begitu menawan.

Tidak terasa sudah seminggu berlalu. Aku harus setor pada mas Galang. Aku ingin melihat komentarnya. Duh! Aku tidak sabar dengan semua ini. Apalagi setelah aku cetak, hasil fotonya jadi sangat luar biasa. Hari ini aku menghadap mas Galang di ruangannnya. Kebetulan mas Galang juga menyambutku dengan santai. 

"Bayu, bagaimana perkembangan proyek fotonya? Kamu sudah punya ide untuk modelnya?" Kata mas Galang setelah mempersilahkan aku duduk.

"Ini mas." Jawabku tersenyum dan memberikan cetakan foto-foto yang sudah aku hasilkan bersama Indah. 

Mas Galang menerima hasil cetakan foto itu. Saat melihat foto itu, mas Galang terkejut dan hampir saja melompat.

"Apa ini?" Tanyanya setelah berteriak.

"Itu foto model yang aku buat seminggu ini mas."

Mas Galang diam. Memandangi foto itu sambil menggeleng-geleng. Aku jadi gelisah, Apa hasil fotonya begitu jelek, sehingga mas Galang kecewa. Tetapi tidak biasanya begitu, kalau hasi fotonya jelek, pasti sudah dilempar sama mas Galang atau malah dirobek-robek. Ini tidak! Mas Galang memandangi dengan pandangan tidak percaya.

"Kamu kenal dengan perempuan ini?" Tanya mas Galang dengan menunjukkan ada yang aneh.

"Benar mas. Namanya Indah." Jawabku mencoba menjelaskan dengan singkat dan padat.

Mas Galang menghela nafas panjang. 

"Bayu, tahukah kamu kalau Indah itu kekasihku..... "

Mas Galang berhenti sejenak. Aku merasa jantungku berhenti sejenak. Wah persoalannya bisa gawat kalau aku merebut kekasih orang, apalagi orang itu bosku yang baik hati seperti mas Galang.

"Indah meninggal dua minggu yang lalu."

Detak jantung kemabli berhenti. Mataku berkunang-kunang. Aku hanya bisa melihat ruang hampa di depanku.

(Tamat)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun