Mohon tunggu...
Ki Suki
Ki Suki Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Seorang yang suka menulis dan menggambar.

Hidup ini selalu indah saat kita bisa melihatnya dari sudut yang tepat, sayangnya seperti melihat sebuah kubus kita hanya mampu melihat paling banyak tiga sisi dari enam sisi yang ada.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jagung Bakar Malam Minggu di Pantai Prigi

9 April 2016   22:17 Diperbarui: 9 April 2016   22:33 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Jagung bakar di pantai Prigi"][/caption]Pantai Prigi merupakan sebuah pantai yang menjadi andalan wisata di kota Trenggalek. Selain terkenal keindahan pantainya yang terbentang luas, Pantai Prigi juga menyajikan keindahan bukit-bukit yang tersebar untuk menjadi pelengkap suasana alam yang luar biasa. Pantai Prigi juga terkenal sebagai pantai nelayan dengan penghasil ikan yang sangat besar. Hal ini terlihat dengan adanya tempat pelelangan ikan yang cukup besar di pantai ini. Kombinasi suasana alam dan pantai nelayan membuat Pantai Prigi menjadi ramai setiap harinya.

Di Pantai Prigi ini, aku menghabiskan akhir pekan kali ini. Ajakan Bayu untuk menikmati keindahan pantai ini di sore hari dan pagi hari tidak bisa aku tolak. Kami berangkat pagi-pagi dari Surabaya dan sampai tengah hari di pantai ini. Kami langsung menuju ke Hotel Prigi, tempat kami menginap. Bayu hanya memesan dua kamar untuk dia dan aku. Katanya sekali-sekali nraktir aku. Tumben-tumbennya anak ini begini baik hati.

Pertanyaan itu tidak lama terjawab. Tadi sore, sebelum maghrib kami berangkat jalan kaki dari hotel ke pantai Prigi. Benar juga! Pemandangan matahari terbenam di pantai Prigi membuat kami tidak mau sedetikpun kehilangan momen. Pancaran sinar matahari yang mulai turun membuat kami berdecak kagum. Di akhir sesi foto, Bayu sempat mengatakan bahwa dia untung besar mendapatkan foto yang bagus-bagus. Aku percaya itu.

Kini jarum jam menunjukkan angka 9. Aku masih asyik melihat kembali foto-foto tadi sore. TIba-tiba pintu kamarku diketuk orang. Aku beranjak membuka pintu. Ternyata Bayu berdiri dengan peralatan kamera lengkap dengan tripodnya.

"Man, ayuk kita mabil foto lagi ke pantai. Aku mau motret suasana malamnya." Ajak Bayu.

Aku setuju. Siapa tahu mendapatkan foto malam yang tidak kalah dengan foto sore tadi. Bayangan suasana lampu-lampu perahu nelayan membuat aku membayangkan hasil foto yang mungkin bisa aku dapatkan nanti. Aku segera bergegas mengambil kamera dan tripod. Kami berjalan ke pantai.

DI pantai kami langsung memilih tempat dan memasang kamera. Aku mengarahkan kamera ke lampu-lampu perahu nelayan dan suasana warung-warung yang mulai banyak tutup meski ada beberapa warung kopi yang masih buka. Kadang-kadang kuarahkan kamera ke arah pantai untuk menangkap ombak yang besar. Setelah mengambil beberapa foto, tiba-tiba mataku tertarik dengan sebuah cahaya kecil di pantai tidak jauh dari pinggir jalan. Sepertinya ada yang jualan di sana. Entah apa. 

Aku mendekat. Ternyata seorang bapak menjual jagung bakar. Bapak itu melihatku dan tersenyum.Aku juga semakin mendkat. Aroma jagung bakar menggugah seleraku, Wah kebetulan sekali! Aku memesan dua jagung bakar, nanti satunya aku berikan Bayu. Tapi, entah kemana anak itu. Kok tiba-tiba saja menghilang. Pasti dia sudah mendapatkan tempat yang asyik dengan kameranya.

"Aden bukan orang sini ya?" tanya bapak itu sambil duduk tidak jauh dariku. Aku sendiri duduk di pinggiran pembatas jalan.

"Iya pak. Saya dari Surabaya."

"Aden jangan lama-lama di tepi pantai ini. Bahaya den." Kata bapak itu lagi.

Aku terkejut. Aku perhatikan tampang bapak itu, sepertinya dia jujur. Wajah bapak itu juga menyiratkan kekhawatiran. 

"Kenapa pak?"

Aku ingin saja percaya dan langsung cabut, tetapi aku tidak ingin meninggalkan jagung bakar yang rasanya enak ini.

"Bapak tidak bisa menjelaskan den. Mungkin lebih baik aden segera ke hotel. Nanti aden akan mengerti." 

Aku tidak ingin mengecewakan bapak ini. Aku bayar jagung bakarnya dan kubungkus tiga jagung bakar lagi untuk aku makan nanti dengan Bayu.

"Saya pamit dulu ya pak." Pamitku sambil menyembunyikan satu pertanyaan yang tidak bisa aku jawab. Bapak itu tersenyum dan mengangguk.

Aku segera mencari Bayu. Sayangnya anak itu tidak nongol-nongol. Sampai-sampai aku harus mampir ke warung kopi yang letaknya tidak jauh dari pantai dan bertanya apakah ada yang melihat Bayu dengan menyebutkan ciri-cirinya. Sayangnya tidak ada yang melihat kemana perginya anak itu. Setelah agak lama mencari-cari, kuputuskan kembali ke hotel. Mungkin anak itu juga sudah kembali ke hotel.

Sesampai di hotel, aku langsung ke kamar Bayu. Pintunya tertutup, tetapi lampunya masih menyala. Kuketuk perlahan pintu kamar itu. Tidak lama kemudian Bayu nongol. Alhamdulillah, ternyata anak ini sudah pulang duluan.

"Bayu, kamu pulang kok gak bilang-bilang. Jadinya aku mencari-cari. Untung kamu sudah di sini." Kataku saat melihat Bayu.

"Eh1 Apa maksudmu Man? Aku dari tadi sore di kamar terus kok." Kata Bayu sambil memandang aneh ke arahku.

"Loh, tadi kamu yang ngajak aku hunting di pantai sekitar jam 9."

"Apa? Kamu kesambet dimana Man? Aku belum keluar sama sekali. Tadi maunya ngajak kamu beli makanan. Eh, ternyata tadi kamu mengantarkan tiga buah jagung bakar ini. Ini masih sisa satu." 

Bayu menunjukkan jagung bakarnya yang sisa satu. Hah! Aku jadi ingat tadi aku beli tiga buah jagung bakar, tetapi aku lupa tadi ditaruh dimana. Kok tiba-tiba sudah di tangan Bayu.

"Siapa yang mengantarkannya?" Aku berpikir tentu bapak itu yang mengantarkan. Siapa tahu. Tetapi apa iya, bapak itu tahu nomor kamar Bayu. Aku juga tidak pernah mengatakan untuk membalikan Bayu. 

"Ya kamu sendiri. Gimana sih kamu ini Man?"

Hah!!! Apa artinya ini semua? Bagaimana aku bisa mengantarkan jagung bakar itu, sedangkan aku baru saja datang dari pantai. Aneh! 

"Man, sebaiknya kamu sholat dulu nggih."

Benar juga pendapat Bayu. Aku bergegas kembali ke kamar. Semoga tidak ada apa-apa di balik keanehan ini.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun