Punar datang. Wajahnya datar saja, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.Â
"Punar, kemana saja kamu saat bulan purnama kemarin?" Tanya tetua kucing.
Punar memandang tetua kucing sebagai kerabat yang baik karena seringkali dia menerima makanan dari mereka. Punar sangat menghormati para tetua kucing.Â
"Tetua, saya mencari kuburan ayah saya Boma, yang katanya ada di kampung ini. Saat bulan terang, aku bisa lebih jelas melihatnya"
"Boma? Berarti kamu juga anaknya Boma?"
Para tetua kucing merasa terkejut. Mereka tidak menyangka kalau ternyata Punar adalah anak Boma, tetua kucing yang paling dihormati dan sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Demikian juga dengan para kucing yang lain. Mereka tidak hanya terkejut, namun juga bersorak.Â
"Punar, kalau begitu kamu sudah sepantasnya menjadi tetua kucing di kampung ini." Kata salah satu tetua kucing.
"Tidak para tetua. Saya lebih suka begini. Saya lebih suka mondar-mandir keliling kampung, sehingga saya bisa ketemu dengan banyak kucing dan bermain dengan mereka. Ijinkan saya."
Malam-malam berlalu. Punar tetap mondar-mandir keliling kampung.Â
Â
-----------