Mohon tunggu...
Ki Suki
Ki Suki Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Seorang yang suka menulis dan menggambar.

Hidup ini selalu indah saat kita bisa melihatnya dari sudut yang tepat, sayangnya seperti melihat sebuah kubus kita hanya mampu melihat paling banyak tiga sisi dari enam sisi yang ada.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Kartini RTC] Nenek, Aku Akan Jadi Kartini Untukmu

19 April 2015   20:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:54 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Ki Suki - No 52

Surat itu aku pegang erat-erat. Ada kebahagiaan dan kegelisahan bercampur menjadi satu. Kebahagiaan karena surat ini adalah surat pemberitahuan bahwa aku diterima menjadi salah seorang kameraman dalam ekspedisi ke Tual. Namun ini juga yang menjadikan aku gelisah, karena tidak mudah mendapatkan ijin dari nenekku. Ya! Aku hidup bersama nenekku karena ayah dan ibuku sudah meninggal saat aku masih kecil. Hanya nenek yang menjadi keluargaku satu-satunya.

------

"Tika, kamu ini perempuan. Apa pantas kamu membawa kamera besar-besar di daerah-daerah yang kamu sendiri tidak kenal."

Kalimat itu selalu terngiang kembali. Setiap aku berangkat membawa kameraku, nenek selalu berkata demikian.

Dalam pikiran nenek yang terlahir sebagai wanita Jawa yang kental dengan budaya tradisional Jawa, wanita itu harus terlihat anggun. Anggun tidak hanya dalam penampilan, tetapi juga dalam bersikap dan bekerja. Itu sebabnya pekerjaan seorang fotografer dianggap aneh oleh nenek.

Di lain pihak, aku sudah terlanjur cinta dengan pekerjaan yang menggunakan kamera. Bagiku memotret adalah pekerjaan yang mampu melambungkan imajinasiku. Proses untuk menghasilkan foto melalui kamera menjadikan darahku lancar mengalir.

Kali ini aku harus memberanikan diri untuk memberitahu pada nenek tentang kesempatan yang sangat bagus ini. Menjadi salah satu kameraman dari banyak teman-teman fotografer yang selama ini hanya aku kenal namanya dan karyanya yang luar biasa merupakan hal yang membanggakan. Terlebih lagi expedisi ini mempunyai tujuan untuk mengungkap budaya setempat. Aku harus berangkat!

------

"Apa!!! Tual? Tual itu daerah mana? Maluku?"

Nenek benar-benar terkejut mendengarkan penjelasanku.

"Tika, kamu ini masih waras toh nduk?"

Nenek memegangi tanganku. Nenek mencari-cari apa ada yang salah pada diriku. Nenek memandangku dengan perasaan cemas.

Aku malah menjadi bingung. Biasanya nenek akan marah-marah dan mengomel sepanjang hari bila ada yang tidak cocok dengannya. Lebih-lebih kalau soal pekerjaanku, nenek pasti merapal doa ocehan burung kenari yang tidak akan berhenti sepanjang hari. Kali ini, nenek malah tidak mengeluarkan wajah marahnya tetapi wajahnya memperlihatkan kecemasan.

"Nduk, apa tidak ada laki-laki yang bisa menggantikan tempatmu?"

Wah, mulai lagi ini. Bukan masalah laki-laki atau perempuan, ini masalah kesempatan. Kalau aku mundur tentu akan banyak orang lain yang akan mengisi.

"Tika, seharusnya seorang perempuan itu lebih anteng di rumah, tidak keluyuran ke tempat-tempat yang jauh seperti itu."

Kalau sudah begitu, aku tidak bisa membantah. Itu berarti nenek tidak mengijinkanku pergi. Entah apa yang harus aku lakukan.

------

"Tika! Tika! Tika!"

Tumben pagi-pagi nenek sudah berteriak-teriak memanggilku. Aku keluar dari kamarku. Kulihat nenek memegang surat kabar. Nenek melambaikan tangan sebagai isyarat bahwa dia ingin memperlihatkan sesuatu.

Benar juga! Nenek memperlihatkan sebuah foto. Foto seorang wanita separuh baya dengan judl berita: Seorang Fotografer Perempuan Mengungkap Budaya Kehidupan Wanita Dayak.

"Tika, ini anak dari sahabat nenek. Itu loh yang rumahnya di gang 6 dan setiap hari sabtu bareng nenek senam di lapangan balai RW. Sahabat nenek banyak bercerita tentang anaknya itu. Katanya anaknya itu sudah keliling Indonesia. Hebat ya. Ini malah dari Kalimantan bawa oleh-oleh pakaian dayak. Ini nenek diberi satu."

Nenek juga menunjukkan pakaian dayak. Wow! Luar biasa! Aku mengusap-usap mata seolah-olah tidak percaya kalau nenek bisa memuji seorang fotografer perempuan.

"Tika, nenek ijinkan kamu pergi ke Tual. Kamu harus menjadi Kartini buat nenek. Eh ya, jangan lupa oleh-oleh untuk nenek ya..."

Alhamdulillah! Entah mimpi apa aku semalam. Terima kasih ya Allah. Ijin nenek itu membuat langkahku semakin mantap. Tika akan berkarya sekuat tenaga. Meskipun mungkin karya Tika tidak terlalu hebat, setidaknya Tika akan menunjukkan kalau Tika bisa menjadi Kartini buat nenek.

Surabaya, 19 April 2015
Ki Suki



14294442041821241135
14294442041821241135


#Salam Rumpies
Untuk melihat karya peserta lainya silakan menuju KESINI
Dan juga silakan bergabung DISINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun