Kakekku memandangku dengan lekat. Pandangannya seolah-olah hendak mengorek semua yang ada dalam pikiranku. Kali ini aku yang bertanya-tanya, mengapa kakek seperti itu. Apakah ada sesuatu?
"Roni, apa kamu masih ingat, warna apa pakaian mereka semua?"
Ah! Aku tadi sempat berpikir, pakaian mereka seolah-olah seragam dengan warna hitam dan coklat. Tapi pertemuan dengan Asti membuatku melupakannya.
"Hitam dan ada coklatnya. Ada apa kakek?"
"Kamu juga melihat kabut?"
"Iya Kek. Aku juga merasa heran, tidak biasanya kabut turun pagi hari di desa ini. Mungkin akibat perubahan iklim ya kek. Ada apa ya Kek?"
Semua anggota keluarga kembali berpandangan. Mereka juga seolah-olah menunggu apa yang akan dikatakan kakek.
"Kamu melihat manusia kabut nak. Itu berarti kamu akan mendapatkan sesuatu yang luar biasa. Semua tergantung padamu, apakah itu sesuatu yang baik atau tidak."
Manusia kabut? Aku tidak mengerti apa maksud kakek. Dari kecil aku belum pernah mendengar tentang manusia kabut, mengapa baru kali ini ada istilah ini.
"Apa yang harus aku lakukan Kek?"
"Percayalah pada nasib."