Kedatanganku disambut oleh semua anggota keluarga dengan gembira. Mungkin mereka menganggap anak yang hilang kembali lagi. Maklum, selama delapan tahun ini aku tidak pernah pulang. Bapak dan ibu memelukku erat, melepaskan rindu. Akupun demikian. Adik-adik membantuku mengangkat koper dan tasku. Mereka juga sudah mempersiapkan kamarku.
"Roni, kamu mandi dulu gih, biar segar. Kakekmu ada di belakang sama ayam-ayamnya, sekalian panggilkan untuk segera sarapan. Kita sarapan bareng. Ini ibu sudah siapkan makanan kesukaanmu."
Wah, ternyata kakek belum berubah. Masih asyik dengan ayam-ayamnya. Aku temui kakek sebelum masuk kamar mandi yang terletak di halaman belakang. Begitu melihatku, kakek berdiri. Tidak lupa aku sungkem.
"Roni! Kamu datang nak. Kamu sudah menjadi pria yang matang."
Waduh! Apa arti kalimat kakek ini? Apa mungkin ini ada hubungannya dengan statusku yang sampai saat ini masih lajang? Lebih baik aku mandi sambil sebelum mengingatkan kakek untuk segera sarapan.
-----
"Tadi aku ketemu Asti waktu aku melintasi jembatan masuk dusun. Sayang belum bisa ngobrol karena Asti sedang buru-buru kerja." Kataku membuka pembicaraan ketika kami sekeluarga duduk bersama.
"Asti?"
Semua anggota keluargaku seolah-olah terkejut dengan nama itu. Hanya kakek yang tidak menunjukkan rasa kagetnya. Mereka saling berpandangan tanpa aku tahu apa artinya.
"Kamu apa lihat orang lain selain Asti?" Kakekku bertanya seolah-olah dia tahu sesuatu.
"Benar kakek. Ada beberapa orang yang juga buru-buru hendak ke sawah."