2. Nyekar
Nyekar merupakan kegiatan berziarah/mengunjungi orang yang sudah meninggal dan menaburkan bunga di atas makamnya sembari berdoa untuk sang mayit. Hal ini biasanya dilakukan sebelum sampai sesaat bulan puasa tiba. Tradisi nyekar sendiri merupakan akulturasi dari tradisi lokal dan kaislaman yang dibawakan oleh wali songo di tanah Jawa. Nyekar berasal kata sekar yang berarti ‘bunga’. Sebab dalam praktiknya peziarah menaburkan bunga-bungaan di atas makam.
Dalam cerpen Ziarah Lebaran, nyekar disinggung dua kali. Pertama, narasi di pertengahan cerita dan yang kedua saat Yusuf, sang tokoh utama, berziarah ke makam istrinya bersama dengan anak dan mertuanya.
Ziarah ke makam orang tuanya sendiri nyaris hanya sekali-sekali dilakukan. Kenapa ya, pikirnya. Mungkin karena orang tuanya sudah begitu lama meninggal, mungkin karena adik-adiknya (sembari mengumpatnya) yang selalu menziarahi dan mengurus makam-makam itu. Atau karena makam Siti, istrinya yang cantik berambut panjang sekali itu, lebih mengikatnya untuk diziarahi.
… Kemudian tanpa disangka Eko sambil menekuri makam ibunya berkata kepada makam ibunya.
“Ibu di sorga. Ini Eko, Bu. Eko sudah gede, Bu. Eko sekarang bisa jaga eyang putri di sini, Bu. Bapak jaga eyang putri dan Eko dari Jakarta, Bu. Oh ya, Bapak bawa oleh-oleh mainan Nintendo. Baguus sekali, Bu…”
Yusuf bangkit dari jongkoknya. Rasanya tulang-tulangnya lebih ngilu. Dipandangnya anaknya yang masih jongkok dan masih terus juga dielus-elus kepalanya oleh neneknya yang nampak terisak-isak menangis.
3. Sungkeman
Sungkeman merupakan sebuah kegiatan berlutut di bawah orang tua/kerabat yang lebih tua. Kegiatan sungkeman ini memiliki nilai moral sebagai tanda bakti dan hormat kepada orang tua. Pada umumnya sungkeman biasa dilakukan sesaat setelah ijab Kabul dalam pernikahan sebagai bentuk tanda terima kasih atas didikan orang tua dari kecil hingga masa perkawinan.
Tidak hanya dilakukan saat pernikahan saja, namun sungkeman juga dilakukan pada saat hari raya idul fitri, sesaat setelah menunaikan salat ied. Berbeda dengan sungkeman yang dilakukan saat pernikahan, sungkeman yang dilakukan setelah salat ied ini bertujuan untuk menggugurkan dosa-dosa yang telah dilakukan di masa silam dengan cara bermaaf-maafan.
Sungkeman berasal dari bahasa Jawa, yaitu sungkem yang memiliki arti ‘memuja’. Dikatakan demikian karena dalam praktiknya orang yang lebih tua duduk di atas sedangkan orang yang lebih muda bersimpuh. Sungkeman juga hasil akulturasi antara budaya lokal dengan keislaman.