Mohon tunggu...
Anggreyani Delaa
Anggreyani Delaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Saya adalah seorang mahasiswi baru di universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang saat ini sedang sibuk sibuknya mengerjakan berbagai tugas dan rapat organisasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ancaman Budaya Pop Culture terhadap Identitas Nasional Masyarakat Indonesia

5 Januari 2024   21:54 Diperbarui: 5 Januari 2024   21:55 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

           Mayoritas dari kita tumbuh dengan budaya populer. Banyak dari kita telah mengenal budaya pop sejak masa kanak-kanak dan mungkin terus terlibat dengannya hingga saat ini. Mendengarkan musik, membaca dongeng, menonton film dan iklan, serta menghadiri acara semuanya masuk ke dalam budaya populer.

            Pop culture atau budaya populer adalah segala sesuatu yang populer atau mendominasi kehidupan sehari-hari orang dalam suatu masyarakat pada waktu tertentu, mencakup cara orang berbicara, berpakaian, menyapa satu sama lain, dan bahkan makanan yang mereka konsumsi. Semua ini dipengaruhi oleh berbagai media massa seperti musik, film, televisi, radio, video game, buku, dan internet. Proses pembentukan budaya populer terjadi karena pertumbuhan kota, industrialisasi, serta perkembangan media massa dan teknologi. Semua ini memungkinkan ide dan tren untuk dengan cepat menyebar ke seluruh masyarakat. Jadi, jika kamu melihat banyak orang melakukan atau mengikuti sesuatu yang sama, kemungkinan itu adalah bagian dari pop culture pada waktu tersebut. 

         Tidak ada satu produk pun yang memiliki unsur kebenaran yang dapat menjelaskan budaya populer. Produk budaya mungkin terintegrasi ke dalam budaya populer saat ini, namun bergantung pada konteks ruang dan waktu, produk tersebut mungkin tidak menempati status yang sama di masa depan. Secara umum budaya pop mudah diakses, menarik perhatian banyak orang, biaya produksinya relatif murah, tidak memerlukan tingkat kecerdasan yang luar biasa untuk menikmatinya (dengan mudah), serta mudah untuk disebarluaskan, ditiru, dan diinterpretasikan ulang.

         Kemajuan teknologi yang pesat, terutama dalam teknologi informasi, telah mengantarkan era keterhubungan global, yang mengarah pada konvergensi nilai dan ideologi lintas negara. Fenomena ini, yang dikenal sebagai globalisasi, ditandai dengan perubahan signifikan dalam cara hidup global karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dalam teknologi informasi. Hal ini telah memfasilitasi komunikasi tanpa batas di antara orang-orang di seluruh dunia. Salah satu tren budaya yang muncul bersamaan dengan globalisasi adalah budaya populer, yang sering disebut sebagai "budaya pop". Budaya ini berpengaruh dalam berbagai perubahan tren dan moral publik yang memperlihatkan berlangsungnya sebuah evolusi. Evolusi budaya dalam interaksi global mengarah pada lahirnya hubungan internasional baru.

         Munculnya globalisasi dan kebangkitan budaya populer tidak dapat dipungkiri telah membentuk kembali lanskap budaya di seluruh dunia. Ketika kita menavigasi dunia yang saling terhubung ini, menjadi sangat penting untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan terhadap nilai-nilai tradisional dan identitas nasional. Namun, alih-alih melihat perubahan ini sebagai ancaman, kita dapat mengeksplorasi solusi yang tidak hanya melestarikan kekayaan warisan budaya tetapi juga memberdayakan individu untuk secara aktif membentuk identitas mereka dalam persimpangan budaya yang dinamis ini. Globalisasi dapat dipahami sebagai sebuah zaman yang ditandai dengan transformasi tatanan global yang didorong oleh kemajuan pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi. Hal ini membuat interaksi manusia menjadi semakin sempit dan seolah-olah dunia tanpa batas. Kemudahan komunikasi telah menyebabkan pembauran nilai dan ideologi di berbagai negara, sehingga menghasilkan masyarakat yang mengglobal.

         Budaya populer mencakup berbagai macam artefak, termasuk makanan, musik, program televisi, arsitektur, interaksi sosial, iklan, dan banyak lagi. Dalam dimensi konkretnya, budaya populer mewujud dalam produk budaya yang berwujud, sedangkan dalam dimensi abstraknya, budaya populer mencakup nilai, ideologi, norma, dan kepercayaan tradisional. Budaya populer sering dianggap sebagai budaya komersial yang tidak berdaya, sebuah produk mengambang yang dikonsumsi oleh massa. Budaya populer cenderung bersifat formula dan manipulatif, dipengaruhi oleh perspektif politik atau ideologi.

Contoh Kasus Budaya Populer Makanan Korea di Indonesia

         Dengan popularitas yang terus meningkat, makanan Korea, seperti ramen, bulgogi, dan kimchi, telah menjadi bagian integral dari budaya kuliner di Indonesia. Namun, di beberapa tempat, tren ini menyebabkan munculnya kebingungan dan penyalahgunaan unsur budaya Korea, seperti penggunaan istilah yang tidak tepat, menyajikan makanan dengan cara yang tidak otentik, dan mengurangi keaslian pengalaman makan Korea.

         Penyelesaiannya adalah pertama, pendekatan edukasi perlu diterapkan untuk meningkatkan pemahaman tentang keaslian dan etika dalam mengadopsi budaya makanan Korea. Restoran dan kafe yang menyajikan hidangan Korea dapat menyertakan informasi tentang asal-usul hidangan, cara penyajian yang tepat, dan pentingnya menghormati tradisi kuliner Korea. Kedua, pelibatan masyarakat lokal dan komunitas pecinta kuliner dapat menjadi kunci. Festival makanan Korea atau kelas memasak dapat diadakan untuk mengajarkan cara memasak hidangan Korea dengan benar, memberikan pengalaman langsung kepada masyarakat tentang proses pembuatan dan keunikan rasa hidangan Korea.

          Selanjutnya, pemerintah dan lembaga terkait dapat memberikan panduan dan regulasi terkait penggunaan budaya kuliner asing. Ini dapat mencakup pedoman tentang cara menyajikan dan mengemas makanan asing, serta menghormati hak cipta dan nilai-nilai budaya yang terkait dengan makanan tersebut. Kolaborasi dengan pemangku kepentingan Korea, seperti kedutaan besar atau lembaga kebudayaan, dapat membantu dalam mempromosikan pemahaman dan apresiasi yang lebih baik terhadap budaya kuliner Korea. Ini dapat melibatkan acara budaya, pertukaran kulinernya, atau dukungan langsung untuk restoran-restoran yang berkomitmen pada otentisitas dan kualitas.

          Kebiasaan-kebiasaan budaya populer, memiliki potensi untuk membentuk identitas diri seseorang, yang kemudian berdampak pada identitas nasional. Identitas nasional melibatkan pemahaman tentang identitas kolektif suatu masyarakat sebagai sebuah entitas dengan takdir dan tujuan bersama. Hal ini terkait erat dengan nilai-nilai, sejarah, dan aspirasi yang menyatukan sebuah komunitas.

          Identitas nasional tidak hanya dibentuk oleh faktor-faktor seperti etnis, wilayah, bahasa, dan agama, tetapi juga oleh faktor perkembangan dalam konteks perubahan zaman. Individu di lingkungan perkotaan yang terpapar budaya pop lebih rentan terhadap pengaruhnya, sering kali mengabaikan nilai-nilai tradisional yang seharusnya diinternalisasi untuk berkontribusi pada pembentukan identitas nasional yang kuat dan berkelanjutan.

         Langkah penting untuk mengatasi tantangan-tantangan ini adalah dengan meningkatkan kesadaran akan potensi dampak budaya populer terhadap nilai-nilai tradisional dan identitas nasional. Institusi pendidikan, media, dan tokoh masyarakat memainkan peran penting dalam menumbuhkan kesadaran ini. Inisiatif seperti lokakarya, seminar, dan kampanye dapat menyediakan platform untuk diskusi terbuka, mendorong individu untuk secara kritis memeriksa pengaruh budaya populer dalam kehidupan mereka.

         Mempromosikan pendidikan dan apresiasi budaya merupakan hal yang mendasar untuk melestarikan nilai-nilai tradisional. Memasukkan studi budaya ke dalam kurikulum sekolah dan program komunitas dapat menanamkan rasa bangga dan pemahaman tentang warisan budaya seseorang. Mendorong studi tentang sejarah, seni, dan bahasa lokal tidak hanya menumbuhkan hubungan yang lebih dalam dengan akar budaya, tetapi juga menyediakan alat bagi setiap orang untuk secara kritis menilai dampak tren global.

         Literasi media juga menjadi elemen kunci dalam mengubah konsumen pasif budaya menjadi partisipan yang aktif dan cerdas. Memberdayakan individu dengan keterampilan untuk menganalisis pesan media secara kritis, mempertanyakan stereotip, dan mengenali bias budaya memungkinkan mereka untuk menavigasi masuknya konten global dengan perspektif yang bijaksana dan terinformasi. Program literasi media dapat diintegrasikan ke dalam sistem pendidikan dan inisiatif masyarakat untuk mendorong audiens yang lebih terlibat dan proaktif.

         Daripada melihat globalisasi dan budaya populer sebagai ancaman terhadap nilai-nilai tradisional, ada peluang untuk merangkul hibriditas dan sintesis budaya. Mendorong perpaduan elemen tradisional dan kontemporer dapat mengarah pada penciptaan identitas budaya yang unik yang berkembang seiring berjalannya waktu. Pendekatan ini memungkinkan pelestarian nilai-nilai inti sambil beradaptasi dengan lanskap global yang terus berubah. Membina keterlibatan masyarakat sangat penting untuk menciptakan rasa memiliki dan identitas bersama. Acara komunitas, festival, dan proyek kolaboratif menyediakan platform bagi individu untuk berpartisipasi aktif dalam membentuk narasi budaya mereka. Menekankan inklusivitas memastikan bahwa beragam suara di dalam komunitas didengar, berkontribusi pada identitas budaya yang lebih komprehensif dan representatif.

          Kesimpulannya, interaksi antara globalisasi, teknologi, dan budaya populer telah secara signifikan mempengaruhi nilai dan perilaku masyarakat. Meskipun budaya pop memberikan kenyamanan dan hiburan, budaya pop juga memberikan tantangan terhadap nilai-nilai tradisional, yang berpotensi mempengaruhi pembentukan identitas nasional yang kuat. Melalui pendekatan ini, diharapkan popularitas makanan Korea di Indonesia tetap dapat dinikmati dengan menghormati dan memahami kebudayaannya, sambil merayakan keberagaman kuliner global. Sangat penting bagi individu dan masyarakat untuk mencapai keseimbangan antara merangkul keragaman budaya dan melestarikan nilai-nilai esensial yang berkontribusi pada identitas kohesif suatu bangsa. Dalam menavigasi lanskap yang kompleks ini, pendekatan yang bijaksana dan kritis terhadap pengaruh budaya pop terhadap pembentukan identitas sangat penting untuk keberlanjutan warisan budaya dan persatuan nasional.

 

 

Daftar Pustaka

 Cornelia, Evi. “Analisis Strategi Pemasaran dalam Meningkatkan Penjualan Produk Makanan Khas Korea (Studi Kasus Pada Kirin ‘Kimbab Rina’ Malang).” JURNAL AGREGAT 3, no. 1 (2018).

 Istiqomah, Annisa, dan D Widiyanto. “Ancaman budaya pop (pop culture) terhadap penguatan identitas nasional masyarakat urban.” Jurnal Kalacakra: Ilmu Sosial dan Pendidikan 1, no. 1 (2020): 47–54.

 Kusumawardhani, Elisa, dan Deasy Silvya Sari. “Gelombang pop culture tik-tok: studi kasus amerika serikat, jepang, india dan indonesia.” Padjadjaran Journal of International Relations 3, no. 1 (2021): 19–31.

 Sinaga, Astri. “Pop Culture dan Cerita Kita.” Jurnal Youth Ministry (2013-2016) 3, no. 1 (2015): 5–16.

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun