Mohon tunggu...
DEVI NURANGGRAINI
DEVI NURANGGRAINI Mohon Tunggu... Guru - seorang guru honorer

Menulis adalah bagian dari kehidupanku, jurnalistik dulu pekerjaan yang saya impikan, namun ternyata Takdir memintaku untuk menjadi seorang guru

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sial

4 April 2023   10:12 Diperbarui: 4 April 2023   10:17 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi merona dikala ufuk terselip rindu

Mantra nyanyian burung menepi dalam sendu

Embun yang kiranya berjatuhan, ternyata terganjal pada bebatuan angan

Oh...ini kiranyaaa

Hidup dalam nadi yang sudah mulai terhempas

Dalam pikiran yang berubah menjadi kamuflase yang rumit

Hawa menjadi sesak, tapi tak bisa berontak

Terus tertahan mengendap dalam lara

Oh...ini kiranyaaa

Berjalan pada aspal panas yang merobek hati

Mengelabuhi mata dalam dunia yang sunyi

Lalu, ku jatuhkan diriku pada tumpuan yang tak lagi bernyawa

Berharap Tuhan memelukku seketika

Tersungkur terjatuh ku dalam peluh

Aku kira, setelah malam datang ini kan menjadi biasa

Ternyata semakin memeluk pekat

Hingga nafaspun mulai tercekat

Jiwa tergoyahkan oleh malaikat yang semakin mendekat

Semakin dekat, semakin dekat

Dan aku belum siap!!!

SIAL

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun